Selasa, 02 Juli 2013

TASAWUF

Tasawuf


Imam Abu Hanifa (81-150 H./700-767 CE)
Imam Abu Hanifa (r) (85 H.-150 H) berkata, “Jika tidak karena dua tahun, saya telah celaka. Karena dua tahun saya bersama Sayyidina Ja’far as-Sadiq dan mendapatkan ilmu spiritual yang membuat saya lebih mengetahui jalan yang benar”. Ad-Durr al-Mukhtar, vol 1. p. 43 bahwa Ibn ‘Abideen said, “Abi Ali Dakkak, seorang sufi, dari Abul Qassim an-Nasarabadi, dari ash-Shibli, dari Sariyy as-Saqati dari Ma’ruf al-Karkhi, dari Dawad at-Ta’i, yang mendapatkan ilmu lahir dan batin dari Imam Abu Hanifa (r), yang mendukung jalan Sufi.” Imam berkata sebelum meninggal: lawla sanatan lahalaka Nu’man, “Jika tidak karena dua tahun, Nu’man (saya) telah celaka.” Itulah dua tahun bersama Ja’far as-Sadiq.
Imam Malik (94-179 H./716-795 CE)
Imam Malik (r): “man tassawaffa wa lam yatafaqah faqad tazandaqa wa man tafaqaha wa lam yatsawwaf faqad fasadat, wa man tafaqaha wa tassawafa faqad tahaqqaq. (Barangsiapa mempelajari/mengamalkan tasauf tanpa fikh maka dia telah zindik, dan barangsiapa mempelajari fikh tanpa tasauf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasauf dan fikh dia meraih kebenaran).” (dalam buku ‘Ali al-Adawi dari keterangan Imam Abil-Hassan, ulama fikh, vol. 2, p. 195
Imam Shafi’i (150-205 H./767-820 CE)
Imam Shafi’i : “Saya bersama orang sufi dan aku menerima 3 ilmu:
1. Mereka mengajariku bagaimana berbicara.
2. Mereka mengajariku bagaimana meperlakukan orang dengan kasih dan hati lembut.
3. Mereka membimbingku ke dalam jalan tasawuf
[Kashf al-Khafa and Muzid al-Albas, Imam 'Ajluni, vol. 1, p. 341.]
Dalam Diwan (puisi) Imam Syafii, nomor 108 :
“Jadilah ahli fiqih dan sufi Jangan menjadi salah satunya Demi Allah Aku menasehatimu”.
Imam Ahmad bin Hanbal (164-241 H./780-855 CE)
Imam Ahmad (r) : “Ya walladee ‘alayka bi-jallassati ha’ula’i as-Sufiyya. Fa innahum zaadu ‘alayna bikathuratil ‘ilmi wal murqaba wal khashiyyata waz-zuhda wa ‘uluwal himmat (Anakku jika kamu harus duduk bersama orang-orang sufi, karena mereka adalah mata air ilmu dan mereka tetap mengingat Allah dalam hati mereka. Mereka orang-orang zuhud dan mereka memiliki kekuatan spiritual yang tertinggi,” –Tanwir al-Qulub, p. 405, Shaikh Amin al-Kurdi) Imam Ahmad (r) tentang Sufi:”Aku tidak melihat orang yang lebih baik dari mereka” ( Ghiza al-Albab, vol. 1, p. 120)
Imam Haris Al-Muhasibi (d. 243 H./857 CE)
Imam Haris Al-Muhasibi meriwayatkan dari Rasul, “Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan dan hanya satu yang akan menjadi kelompok yang selamat” . Dan Allah yang lebih mengetahui bahwa itu adalah Golongan orang tasawuf. Dia menjelaskan dengan mendalam dalam Kitab al-Wasiya p. 27-32.
Imam al-Qushayri (d. 465 H./1072 CE)
Imam al-Qushayri tentang Tasauf: “Allah membuat golongan ini yang terbaik dari wali-wali-Nya dan Dia mengangkat mereka di atas seluruh hamba-hamba-Nya sesudah para Rasul dan Nabi, dan Dia memberi hati mereka rahasia Kehadiran Ilahi-Nya dan Dia memilih mereka diantara umat-Nya yang menerima cahaya-Nya. Mereka adalah sarana kemanusiaan, Mereka menyucikan diri dari segala hubungan dengan dunia dan Dia mengangkat mereka ke kedudukan tertinggi dalam penampakan (kasyf). Dan Dia membuka kepada mereka Kenyataan akan Keesaan-Nya. Dia membuat mereka untuk melihat kehendak-Nya mengendalikan diri mereka. Dia membuat mereka bersinar dalam wujud-Nya dan menampakkan mereka sebagai cahaya dan cahaya-Nya .” [ar-Risalat al-Qushayriyya, p. 2]
Imam Ghazali (450-505 H./1058-1111 CE)
Imam Ghazali, hujjatul-Islam, tentang tasawuf : “Saya tahu dengan benar bahwa para Sufi adalah para pencari jalan Allah, dan bahwa mereka melakukan yang terbaik, dan jalan mereka adalah jalan terbaik, dan akhlak mereka paling suci. Mereka membersihkan hati mereka dari selain Allah dan mereka menjadikan mereka sebagai jalan bagi sungai untuk mengalirnya kehadiran Ilahi [al-Munqidh min ad-dalal, p. 131].
Imam Nawawi (620-676 H./1223-1278 CE)
Dalam suratnya al-Maqasid : “Ciri jalan sufi ada 5 : menjaga kehadiran Allah dalam hati pada waktu ramai dan sendiri mengikuti Sunah Rasul dengan perbuatan dan kata menghindari ketergantungan kepada orang lain bersyukur pada pemberian Allah meski sedikit selalu merujuk masalah kepada Allah swt [Maqasid at-Tawhid, p. 20]
Imam Fakhr ad-Din ar-Razi (544-606 H./1149-1209 CE)
Imam Fakhr ad-Din ar-Razi : “Jalan para sufi adalah mencari ilmu untuk memutuskan diri mereka dari kehidupan dunia dan menjaga diri mereka agar selalu sibuk dalam pikiran dan hati mereka dengan mengingat Allah, pada seluruh tindakan dan perilaku” .” [Ictiqadat Furaq al-Musliman, p. 72, 73]
Ibn Khaldun (733-808 H./1332-1406 CE)
Ibn Khaldun : “Jalan sufi adalah jalan salaf, ulama-ulama di antara Sahabat, Tabi’een, and Tabi’ at-Tabi’een. Asalnya adalah beribadah kepada Allah dan meninggalkan perhiasan dan kesenangan dunia” [Muqaddimat ibn Khaldan, p. 328]
Tajuddin as-Subki
Mu’eed an-Na’eem, p. 190, dalam tasauf: “Semoga Allah memuji mereka dan memberi salam kepada mereka dan menjadikan kita bersama mereka di dalam sorga. Banyak hal yang telah dikatakan tentang mereka dan terlalu banyak orang-orang bodoh yang mengatakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan mereka. Dan yang benar adalah bahwa mereka meninggalkan dunia dan menyibukkan diri dengan ibadah” Dia berkata: “Mereka dalah manusia-manusia yang dekat dengan Allah yang doa dan shalatnya diterima Allah, dan melalui mereka Allah membantu manusia.
Jalaluddin as-Suyuti
Dalam Ta’yad al-haqiqat al-’Aliyya, p. 57: “tasauf dalam diri mereka adalah ilmu yang paling baik dan terpuji. Dia menjelaskan bagaimana mengikuti Sunah Nabi dan meninggalkan bid’ah”
Ibn Taimiya (661-728 H./1263-1328 CE)
Majmu Fatawa Ibn Taymiyya, Dar ar-Rahmat, Cairo, Vol, 11, page 497, Kitab Tasawwuf: “Kamu harus tahu bahwa syaikh-syaikh terbimbing harus diambil sebagai petunjuk dan contoh dalam agama, karena mereka mengikuti jejak Para Nabi dan Rasul. Tariqat para syaikh itu adalah untuk menyeru manusia ke Kehadiran Allah dan ketaatan kepada Nabi.” Juga dalam hal 499: “Para syaikh dimana kita perlu mengambil sebagai pembimbing adalah teladan kita dan kita harus mengikuti mereka. Karena ketika kita dalam Haji, kita memerlukan petunjuk (dalal) untuk mencapai Ka’ bah, para syaikh ini adalah petunjuk kita (dalal) menuju Allah dan Nabi kita. Di antara para syaikh yang dia sebut adalah: Ibrahim ibn Adham, Macruf al-Karkhi, Hasan al-Basri, Rabia al-Adawiyya, Junaid ibn Muhammad, Shaikh Abdul Qadir Jilani, Shaikh Ahmad ar-Rafa’i, and Shaikh Bayazid al- Bistami. Ibn Taymiyya mengutip Bayazid al-Bistami pada 510, Volume 10: “…Syaikh besar, Bayazid al-Bistami, dan kisah yang terkenal ketika dia menyaksikan Tuhan dalam kasyf dan dia berkata kepada Dia:” Ya Allah, bagaimana jalan menuju Engkau?”. Dan Allah menjawab: “Tinggalkan dirimu dan datanglah kepada-Ku”. Ibn Taymiah melanjutakan kutipan Bayazid al-Bistami, ” Saya keluar dari diriku seperti seekor ular keluar dari kulitnya”. Implisit dari kutipan ini adalah sebuah indikasi tentang perlunya zuhd (pengingkaran-diri atau pengingkaran terhadap kehidupan dunia), seperti jalan yang diikuti Bayazid al-Bistami. Kita melihat dari kutipan di atas bahwa Ibn Taymiah menerima banyak Syaikh dengan mengutipnya dan meminta orang untuk mengikuti bimbingannya untuk menunjukkan cara menaati Allah dan Rasul Saw.
Apa kata Ibn Taymiah tentang istilah tasawuf
Berikut adalah pendapat Ibn Taimiah tentang definisi Tasauf dari strained, Whether you are gold or gold-plated copper.” Sanai. Following is what Ibn Taymiyya said about the definition of Tasawwuf, from Volume 11, At-Tasawwuf, of Majmu’a Fatawa Ibn Taymiyya al-Kubra, Dar ar-Rahmah, Cairo: “Alhamdulillah, penggunaan kata tasauf telah didiskusikan secara mendalam. Ini adalah istilah yang diberikan kepada hal yang berhubungan dengan cabang ilmu (tazkiyat an-nafs and Ihsan).” “Tasauf adalah ilmu tentang kenyataan dan keadaan dari pengalaman. Sufi adalah orang yang menyucikan dirinya dari segala sesuatu yang menjauhkan dari mengingat Allah dan orang yang mengisi dirinya dengan ilmu hati dan ilmu pikiran di mana harga emas dan batu adalah sama saja baginya. Tasauf menjaga makna-makna yang tinggi dan meninggalkan mencari ketenaran dan egoisme untuk meraih keadaan yang penuh dengan Kebenaran. Manusia terbaik sesudah Nabi adalah Shidiqin, sebagaimana disebutkan Allah: “Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu: Nabi, para shiddiqqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. 4:69)” Dia melanjutkan mengenai Sufi,”mereka berusaha untuk menaati Allah.. Sehingga dari mereka kamu akan mendapati mereka merupakan yang terdepan (sabiqunas-sabiqun) karena usaha mereka. Dan sebagian dari merupakan golongan kanan (ashabus-syimal).”
Imam Ibn Qayyim (d. 751 H./1350 CE)
Imam Ibn Qayyim menyatakan bahwa, “Kita menyasikan kebesaran orang-orang tasawuf dalam pandangan salaf bagaimana yang telah disebut oleh Sufyan ath-Tsawri (d. 161 H./777 CE). Salah satu imam terbesar abad kedua dan salah satu mujtahid terkemuka, dia berkata: “Jika tidak karena Abu Hisham as-Sufi (d. 115 H./733 CE) saya tidak pernah mengenal bentuk munafik yang kecil (riya’) dalam diri (Manazil as-Sa’ireen) Lanjut Ibn Qayyim:”Diantara orang terbaik adalah Sufi yang mempelajari fiqh” ‘
Abdullah ibn Muhammad ibn ‘Abdul Wahhab (1115-1201 H./1703-1787 CE)
Dari Mu ammad Man ar Nu’mani’s book (p. 85), Ad- ia’at al-Mukaththafa Didd ash-Shaikh Mu ammad ibn c’Abdul Wahhab: “Shaikh ‘Abdullah, anak shaikh Muhammad ibn ‘Abdul Wahhab, mengatakan mengenai Tasawwuf: ‘Anakku dan saya tidak pernah menolak atau mengkritik ilmu tasauf, tetapi sebaliknya kami mendukungnya karena ia menyucikan baik lahir maupun batin dari dosa tersembunyi yang berhubungan dengan hati dan bentuk batin. Meskipun seseorang mungkin secara lahir benar, secara batin mungkin salah; dan untuk memperbaikinya tasauf diperlukan.” Dalam volume 5 dari Muhammad ibn ‘Abdul Wahhab entitled ar-Rasa’il ash-Shakhsiyya, hal 11, serta hal. 12, 61, and 64 dia menyatakan: “Saya tidak pernah menuduh kafir Ibn ‘Arabi atau Ibn al-Farid karena interpretasi sufinya”
Ibn ‘Abidin
Ulama besar, Ibn ‘Abidin dalam Rasa’il Ibn Abidin (p. 172-173) menyatakan: ” Para pencari jalan ini tidak mendengar kecuali Kehadiran Ilahi dan mereka tidak mencintai selain Dia. Jika mereka mengingat Dia mereka menangis. Jika mereka memikirkan Dia mereka bahagia. Jika mereka menemukan Dia mereka sadar. Jika mereka melihat Dia mereka akan tenang. Jika mereka berjalan dalan Kehadiran Ilahi, mereka menjadi lembut. Mereka mabuk dengan Rahmat-Nya. Semoga Allah merahmati mereka”. [Majallat al-Muslim, 6th ed., 1378 H, p. 24].
Shaikh Rashid Rida
Dia berkata,”tasawuf adalah salah satu pilar dari pilar-pilar agama. Tujuannya adalah untuk membersihkan diri dan mempertanggungjawabkan perilaku sehari-hari dan untuk menaikan manusia menuju maqam spiritual yang tinggi” [Majallat al-Manar, 1st year, p. 726].
Maulana Abul Hasan ‘Ali an-Nadwi
Maulana Abul Hasan ‘Ali an-Nadwi anggota the Islamic-Arabic Society of India and Muslim countries. Dalam, Muslims in India, , p. 140-146, “Para sufi ini memberi inisiasi (baiat) pada manusia ke dalam keesaan Allah dan keikhlasan dalam mengikuti Sunah Nabi dan dalam menyesali kesalahan dan dalam menghindari setiap ma’siat kepada Allah SWT. Petunjuk mereka merangsang orang-orang untuk berpindah ke jalan kecintaan penuh kepada Allah” “Di Calcutta, India, lebih dari 1000 orang mengambil inisiasi (baiat) ke dalam Tasauf” “Kita bersyukur atas pengaruh orang-orang sufi, ribuan dan ratusan ribu orang di India menemukan Tuham merka dan meraih kondisi kesempurnaan melalui Islam”
Abul ‘Ala Mawdudi
Dalam Mabadi’ al-Islam (p. 17), “Tasauf adalah kenyataan yang tandanya adalah cinta kepada Allah dan Rasul saw, di mana sesorang meniadakan diri mereka karena tujuan mereka (Cinta), dan seseorang meniadakan dari segala sesuatu selain cinta Allah dan Rasul” “Tasauf mencari ketulusan hati, menyucikan niat dan kebenaran untuk taat dalam seluruh perbuatannya.” Ringkasnya, tasauf, dahulu maupun sekarang, adalah sarana efektif untuk menyebarkan kebenaran Islam, memperluas ilmu dan pemahaman spiritual, dan meningkatkan kebahagian dan kedamaian. Dengan itu manusia dapat menemukan diri sendir dan, dengan demikian, menemukan Tuhannya. Dengan itu manusia dapat meningkatkan, merubah dan menaikan diri sendiri dan mendapatkan keselamatan dari kebodohan dunia dan dari godaan keindahan materi. Dan Allah yang lebih mengetahui niat hamba-hamba-Nya.


144 Comments »

  1. [...] Highlight Ilmu Tasawwuf (Sufi) Ditulis pada 2 Maret 2009 oleh dalamdakwah Tasawuf [...]
  2. Iman dan ihsan itu merupakan bagian dari ajaran Islam, jadi bukan masing-masing berdiri sendiri. Syahadat itu merupakan dasar pokok dari ajaran Islam, sekaligus adalah ‘puncak’ atau kesimpulan dari ajaran iman. Tatkala dia yakin dengan Allah SWT, Nabi Muhammad SAW dan Islam, maka dia mengucapkan syahadat. Jabaran dari syahadat itu tergambar dalam rukun iman yang 6 (enam) pekara tersebut. Shalat dan puasa adalah gambaran ibadah dari ajaran Islam. Sementara zakat dan haji pada hakikatnya adalah muamalat, karena kedua perintah ini pasti menyangkut hubungan dengan orang lain. Apabila rukun Islam dilaksanakan dengan ihsan yakni semata karena Allah SWT, maka jadilah orang itu sufi. Jadi sufi itu adalah seseorang Muslim yang benar-benar melaksanakan rukun Islam dengan tingkat iman yang tinggi dan didasarkan dengan ihsan dan ikhlas. Semua orang Muslim bisa menjadi sufi dan tidak pula wajib harus dengan mursyid tertentu atau toriqoh tertentu. Insya Allah, Anda pun bisa jadi sufi.
      elfizon anwar — 3 Juni 2009 @ 18:46
  3. KESEMPURNAAN HIDUP DIDUNIA ADALAH DENGAN IMAN ISLAM DAN IHSAN DISERTAI ILMU DAN AMAL. KARENA KETIKA MANUSIA HIDUP DIDUNIA NAFSU DAN SETAN SELALU MENGGODANYA UNTUK ITU NAF ALMUTMAINAH YANG MEMBAWA KEJALAN IKLHAS DAN RIDHO DALAM MENJALANKAN SYARIATNYA
      www.tasawuf.com — 4 Juni 2009 @ 21:43
  4. Sukron ats tulisan’y..jazakumulloh..
      Khayru — 25 September 2009 @ 19:29
  5. PUTAR BALIKKANLAH FAKTA…!, SUNGGUH ALLOH MAHA TAHU TERHADAP ORANG YANG SESAT DI JALAN-NYA.
    SILAHKAN BACA PERKATAAN MEREKA (PARA ULAMA) YANG SESUNGGUHNYA DALAM KITAB2 MEREKA TANPA ADA YANG DI POTONG-POTONG ATAU DIAMBIL SEMAUNYA AJA MENURUT HAWA DAN BISIKAN IBLIS…!
    TERIMA KASIH,
    SAYA YANG MENCINTAI KALIAN AKAN ISLAM YANG SESUNGGUHNYA
    WASALLAM
      san — 8 Nopember 2009 @ 06:06
  6. Assalamu’alaikum… utk mas san, maksudnya apa sih? tolong atuh sy dijelaskan secara detil karna sy org bodoh dan kurang mengerti.. makasi sebelumnya.. Salamun’alaikum..
      muhammad jaelani — 22 Desember 2009 @ 05:36
  7. Asalam mlkm wrwb bagamana ber tasawup kalau tidak punya mursid
      Baem — 21 Februari 2010 @ 17:40
  8. PENDUSTA
      Ibn sahr — 13 Mei 2010 @ 17:28
  9. mengutip blog sebelah, di zaman rasulullah tasawuf tdk ada namany, tetapi byk dterapkan oleh sahabat2 nabi. mereka menerapkan sifat2 ikhlas, sabar, zuhud, brsh mbersihkan diri dr dosa krn cintany pd Allah. Smtr saat ini tasawuf populer namany, tp minim skl penerapan nya. Fiqh & tasawuf adl 2 ilmu yg tdk tpisahkan dan slg melengkapi. Spt kt seorang ustadz ” Fiqh terlihat hitam putih dan Tasawuf terlihat spt pelangi, warna warni dmn setiap warna tampak jelas. Karena memang Islam itu indah”.
    Wallahu’alam
      titi — 26 Juni 2010 @ 07:37
  10. Ya Allah,sungguh besar dusta mereka,ajaran tasauf sesat mereka luruskan dengan mengarang perkataan imam yang telah memurnikan syariat islam.beri hidayah mereka,Amiin
      abu unaisah — 29 Agustus 2010 @ 13:31
  11. kata teman saya : ada 4 yang harus kita pelajari di dalam islam. 1. syariat, 2. Tarekat, 3. Ma’rifat, 4. Tasawuf. janganlah mengatakan tasawuf itu sesat. seolah-olah kamu itu benar. mohon maaf bila ada salah.
      fatur rahman — 24 September 2010 @ 08:32
  12. Koq bisa-bisanya tasawuf dibilang sesat …..
    Maaf saya belum ahli seperti para ulama, tapi mohon direnungkan.
    sadarkah anda, anda bisa seperti sekarang ini karena siapa?
    sadarkah anda, anda bisa hidup, bernafas dan nyata didunia ini karena siapa?
    sadarkah anda, tiap2 molekul yg ada pada tubuh anda bertasbih untuk siapa?
    So …. orang yang sadar akan hal tsb diatas, dan berserah diri, pasrah karena kita hidup untuk-Nya ….
    dan berusaha mendekatkan diri dengan mensucikan diri, mendalami ilmu agama & berserah diri pada-Nya ….
    koq dibilang sesat? bid’ah? …. dan mendo’akan supaya diberi hidayah?
    sungguh naif sekali!
    Andalah yang perlu dido’akan supaya diberi hidayah, dan INGAT!! itupun kalau ALLAH menghendaki-Nya!!!
    1 lagi …. para nabi & rasul bertugas untuk menyampaikan kepada manusia agar tidak sesat dari jalan ALLAH.
    Jadi hati-hatilah …. cinta rasul tidak dilarang, tapi jangan melebihi cinta kita pada pencipta rasul itu, yakni ALLAH !!! Yang Maha Segalanya!!!
    Maafkan hamba-Mu ini ya ALLAH …. Engkaulah Maha Pengampun Lagi Maha Bijaksana ….
      baim — 5 Oktober 2010 @ 15:54
  13. Tasawuf bukanlah sesat,tapi suatu penamaan ilmu karena berkembangnya pengetahuan manusia mengenai pendekatan akhlak, hati, pikiran mengingat Allah. Tasawuf adalah ilmu pengetahuan dalam agama islam mengenai hati beriman kepada Allah, mengapa dikatakan ilmu pengetahuan? Sebab seseorang mengikuti jalan tasawuf mengalami perjalanan spiritual tak dicapai oleh yang lainnya sehingga tak bisa dirasakan oleh yang lainnya. Kesimpulan yang dirasakan adalah ilmu yang sebenarnya Allah saja yang mengetahui pastinya seperti apa. Ilmu pengetahuan penjabarannya berkembang begitu juga tasawuf karena itu hati-hatilah terjebak merasa paling benar dan kembalikanlah kepada Allah, yang penting hasil yang dibuatnya seperti manisnya madu mendatangkan kebaikan baik bagi manusia dan alam semesta terbukti kemajuan ilmu pengetahuan di Bagdad dan Andalusia dimasa lalu. Seorang muslim tanpa tasawuf menjadi kering, kaku sehingga mudah berbuat kerusakan dan cendrung memicu permusuhan karena menghamba pada nafsunya sendiri. Kehati-hatian adalah baik tapi jangan terjebak nafsu iblis karena takut bid’ah hingga memusuhi yang berbeda pendapat dengan muslim yang lainnya adalah sumber kehancuran peradaban islam sendiri.Dengan demikian Ilmu pengetahuan tidaklah sesat begitu juga tasawuf sebab ilmu pengetahuan ini semakin jelas kebenarannya dengan semakin tingginya pemahaman. Sadarlah hakikat bukan yang tampak, sadarlah akibat takut bid’ah menghasilkan permusuhan yang ujungnya mempertahankan kepentingan nafsu sekelompok orang. Semoga Allah melindungi kita dari hal ini
      muslim — 7 Oktober 2010 @ 17:14
  14. memang kita perlu mempelajari ilmu tasawuf karna dengan tasawuf lah maka kita akan lebih dekat pada Allah.jg penyakit ruhani kita akan bisa terdeteksi.
      makmur — 30 Oktober 2010 @ 08:50
  15. alhamdulillah, segala puji bagi ENGKAU duhai SANG MAHA PENCINTA. KAU geleparkan
    nafs ku hilang dalam warnaMU, ENGKAU hunjamkan panah cinta ke semua makhlukMU, tak perduli mereka memfintah atau menuduhMU, senyum KasihMU menebar jagat raya.
    kuseret tertatih “keinginanku” untuk mencium wangiMU.
    ijinkan hamba untuk mendekat kepadaMU.
    duh GUSTI……….
    jangan palingkan aku dari selainMU.
      mbah manah — 4 Nopember 2010 @ 21:28
  16. Astagfirullah…
    sebelum menuduh orang lain sesat, memang anda siapa? berhak menghakimi orang ?
    Islam itu Rahmatan lil Alamin bukan milik anda saja..
    soal siapa yg sesat itu hak ALLAH saja, selama tidak menyimpang Quran dan Hadist itulah Islam, percuma sholat tapi hati tidak bersih, Nabi aja santai sama orang kafir selama tidak mengganggu, kok anda yg mengaku Muslim malah menuduh sesama Muslim sesat, Otak boleh pinter tapi hati juga harus dididik,
    karena hati itulah kuncinya bukan otak.
      rahmad — 13 Nopember 2010 @ 10:34
  17. Subhanalloh,,,walhamdulillah wala ilaha ilalloh…allohu akbar….
    Alloh dan rosulnya sudah jelas melarang kita untuk menyatakan/mengatakan KAFIR kpda sesama umat islam….
      Putra — 15 Nopember 2010 @ 12:08
  18. ahlak yang paling jelek dan yang paling dbenci rasullulloh adalah berdusta ,apalagi berdusta atas nama ulama . Subhanalloh bertobatlah ya akhi
      abdurrahman — 15 Nopember 2010 @ 17:41
  19. Diturunkan Nabi adalah unt memperbaiki akhlak, dan inti dari tasawuf adalah akhlak,adab, etika hubungan dgn Allah sebagai Pencipta dgn alam dan seluruh mahkluk sebagai sesama ciptaan tapi juga kita tidak bisa memungkiri bahwa seluruh manusia dibumi adalah dari dua keturunan Adam habil dan qobil dimana yg satu dikuburkan dgn kafan oleh Adam dan yg satunya lagi mati membusuk tanpa baju bersyukurlah jika kita dari keturunan yg meninggal dikuburkan Adam dgn kafan karena kafan adalah baju dan baju adalah kata sederhananya unt Akhlak.
      Abdul Manan — 18 Nopember 2010 @ 18:43
  20. Saya sudah setahun menjalani tasawuf, banyak perubahan akhlak yang terjadi pada saya, sy ingin sekali dapat berbagi dengan sesama tasawuf, tp belum ada satupun yang mempunyai pikiran sependapat dengan sy, padahal kalau memang benar2x sesama tasawauf, meskipun berbeda jalan pikirannya , semuanya sama menuju pendekatan yang hakiki, meskipun teman sejati sy cuman Allah SWT, adakah sesama tasawuf yg dapat menjalin dan bertukar pikiran dengan sesama tasawuf , termasuk sy…
      Fie — 19 Nopember 2010 @ 13:48
  21. apakah nabi muhammad saw pernah mengajarkan tasawuf ,ato akhlak fersi tasawuf kepada para sahabatnya,? tidak pernah ya akhi ,tidak pernah ,,kalolah memang ada pasti ada hadist yang bercerita tentang tasawuf,,padahal semua wahyu yg dturunkan kpada nabi muhammad semua terjaga sampai akhir bumi ini ,smua ucapan yang diucapkanya itu bukanlah keingginanya tapi wahyu yg dwahyukan kepadanya ,, apa mungkin tasawuf itu datang dari islam?????????
      abdurrahman — 1 Desember 2010 @ 18:54
  22. MOHON UNTUK DIKOREKSI KALIMAT TERAKHIR DARI PARAGRAF INI: ia melanjutkan mengenai Sufi,mereka berusaha untuk menaati Allah.. Sehingga dari mereka kamu akan mendapati mereka merupakan yang terdepan (sabiqunas-sabiqun) karena usaha mereka. Dan sebagian dari merupakan “”golongan kanan”" “(ashabus-syimal)”.
      putri — 8 Desember 2010 @ 11:35
  23. golongan kanankok (ashabus-syimal) (ashabul-yomiin) dong
      abdul — 12 Desember 2010 @ 14:25
  24. tasawuf cuma sebuah nama dr cabang ilmu islam mungkin di zaman nabi g’ ada tapi dilakukan dan dilaksanakan oleh sahabat contoh saling mengasihi, membersihkan hati dr selain allah. Semoga gusti allah meridhoi kt semua tetap di jalan allah.
      fauji — 14 Desember 2010 @ 01:16
  25. rame amat, da paan yach…peace :)
      gojali — 14 Desember 2010 @ 03:28
  26. Istilah sufi atau tasawwuf tentu sangat dikenal di kalangan kita, terlebih lagi di kalangan masyarakat kebanyakan. Istilah ini sangat diagungkan dan selalu diidentikkan dengan kewalian, kezuhudan dan kesucian jiwa. Bahkan mayoritas masyarakat beranggapan bahwa seseorang tidak akan bisa mencapai hakikat takwa tanpa melalui jalan tasawwuf. Opini ini diperkuat dengan melihat penampilan lahir yang selalu ditampakkan oleh orang-orang yang mengaku sebagai ahli tasawwuf, berupa pakaian lusuh dan usang, biji-bijian tasbih yang selalu melekat di tangan, dan bibir yang senantiasa komat-kamit melafazhkan dzikir. Semua ini semakin menambah keyakinan bahwasanya merekalah orang-orang yang benar-benar telah mencapai derajat wali (kekasih) Allh Ta’ala.
    Sebelum membahas tentang hakikat tasawwuf yang sebenarnya, kami ingin mengingatkan kembali bahwa penilaian benar atau tidaknya suatu pemahaman bukan hanya dilihat dari pengakuan lisan atau penampilan lahir semata. Barometer sesuai tidaknya pemahaman tersebut, ialah menakarnya dengan Al-Qurn dan Sunnah menurut yang dipahami oleh Salafush-Shalih.
    Imam al-Barbahri rahimahullh mengikrarkan prinsip ini dalam kitabnya, Syarh as-Sunnah dengan ucapan beliau:
    Perhatikan dan cermatilah semoga Allh Ta’ala merahmatimu semua orang yang menyampaikan satu ucapan/pemahaman di hadapanmu, maka jangan sekali-kali engkau terburu-buru untuk membenarkan dan mengikuti ucapan/pemahaman tersebut, sampai engkau tanyakan dan meneliti kembali, apakah ucapan/pemahaman tersebut pernah disampaikan oleh para sahabat Rasulullah radhiyallhu’anhum atau pernah disampaikan oleh ulama Ahlus-Sunnah? Kalau engkau mendapatkan ucapan/pemahaman tersebut sesuai dengan pemahaman mereka, (maka) berpegang teguhlah engkau dengan ucapan/pemahaman tersebut, dan janganlah (sekali-kali) engkau meninggalkannya dan memilih pemahaman lain, sehingga (akibatnya) engkau akan terjerumus ke dalam neraka!
    Setelah prinsip di atas jelas, sekarang kami akan membahas tentang hakikat tasawwuf, agar kita bisa melihat dan menilai dengan jelas benar atau tidaknya ajaran tasawwuf ini.
    LAHIRNYA AJARAN TASHAWWUF
    Tasawwuf adalah istilah yang sama sekali tidak dikenal pada zaman para sahabat radhiyallhu’anhum, bahkan tidak dikenal pada zaman tiga generasi yang utama (generasi Sahabat, Tbiin dan Tabiit Tbiin). Ajaran ini baru muncul sesudah masa tiga generasi ini.
    Pertama kali muncul di kota Bashrah, Irak, yang dimulai dengan timbulnya sikap berlebih-lebihan dalam zuhud dan ibadah yang tidak terdapat di kota-kota (Islam) lainnya.
    Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir rahimahullh berkata dalam kitab at-Tashawwuf, al-Mansya wa al-Mashdar (hlm. 28):
    Ketika kita mengamati lebih dalam ajaran-ajaran tasawwuf klasik maupun modern, dan ucapan-ucapan mereka yang dinukil dan diriwayatkan dalam kitab-kitab tasawwuf yang dulu maupun sekarang, kita akan melihat suatu perbedaan yang sangat jelas antara ajaran tersebut dengan ajaran Al-Qur`n dan Sunnah. Dan sama sekali, tidak pernah kita dapati bibit dan cikal bakal ajaran tasawwuf ini dalam perjalanan sejarah Nabi Muhammad Shallallhu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabat beliau radhiyallhu’anhum yang mulia, orang-orang yang terbaik dan pilihan dari hamba-hamba Allh Ta’ala. Justru sebaliknya, kita dapati ajaran tasawwuf ini diambil dan dipungut dari kependetaan model Nashrani, dari kebrahmanaan model agama Hindu, peribadatan model Yahudi, dan zuhud model agama Budha.[4]
    Dari keterangan yang kami nukilkan di atas, jelaslah bahwa tasawwuf adalah ajaran yang menyusup ke dalam Islam. Hal ini nampak jelas pada amalan-amalan yang dilakukan oleh orang-orang ahli tasawwuf, amalan-amalan ibadah yang asing dan jauh dari petunjuk Islam.
    PRINSIP-PRINSIP DASAR AJARAN TASHAWWUF
    YANG MENYIMPANG DARI PETUNJUK AL-QURN DAN SUNNAH[5]
    Orang-orang ahli tashawwuf khususnya yang ada pada zaman sekarang mempunyai prinsip dasar dan metode khusus dalam memahami dan menjalankan agama ini, yang sangat bertentangan dengan prinsip dan metode Ahlus-Sunnah wal-Jamaah, dan menyimpang sangat jauh dari Al- Qurn dan Sunnah, yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
    1.
    Mereka membatasi ibadah hanya pada aspek al-mahabbah (kecintaan) saja dengan mengenyampingkan aspek-aspek lainnya, seperti aspek al-khauf (rasa takut) dan arraja (pengharapan), sebagaimana terlihat dalam ucapan beberapa orang ahli tashawwuf:
    Aku beribadah kepada Allh Ta’ala, bukan karena aku mengharapkan masuk surga, dan juga bukan karena takut masuk neraka. (!?)
    Memang benar, aspek al-mahabbah merupakan landasan ibadah. Akan tetapi, ibadah itu tidak hanya terbatas pada aspek al-mahabbah saja, seperti persepsi orang-orang ahli tashawwuf. Karena, ibadah itu memiliki banyak jenis dan aspek yang melandasinya selain aspek al-mahabbah, misalnya aspek al-khauf, ar-raja, adz-dzull (penghinaan diri), al-khudh (ketundukkan), doa, dan aspek-aspek lainnya.
    Salah seorang ulama Salaf berkata:
    Barang siapa yang beribadah kepada Allh Ta’ala dengan kecintaan semata, maka dia adalah seorang zindiq (kafir). Barang siapa yang beribadah kepada Allh Ta’ala dengan pengharapan semata, maka dia adalah seorang Murjiah. Barang siapa yang beribadah kepada Allh Ta’ala dengan ketakutan semata, maka dia adalah seorang Harriyyah (Khawarij). Dan barang siapa yang beribadah kepada Allh Ta’ala dengan kecintaan, ketakutan dan pengharapan, maka dialah seorang mukmin sejati dan muwahhid (orang yang bertauhid dengan benar).
    Oleh karena itu, Allh Ta’ala memuji sifat para nabi dan rasul-Nya yang mereka senantiasa berdoa kepada-Nya dengan perasaan takut dan berharap, dan mereka adalah orang-orang yang selalu mengharapkan rahmat-Nya dan takut terhadap siksaan-Nya.[6]
    2.
    Orang-orang ahli tashawwuf, umumnya, dalam menjalankan agama dan melaksanakan ibadah tidak berpedoman kepada Al-Qurn dan Sunnah, tetapi, pedoman mereka adalah bisikan jiwa dan perasaan mereka, serta ajaran yang digariskan oleh pimpinan-pimpinan mereka.
    Konkretnya dalam bentuk tarikat-tarikat bidah, berbagai macam dzikir dan wirid yang mereka ciptakan sendiri. Tidak jarang pula mereka mengambil pedoman dari cerita-cerita khurafat (yang tidak jelas kebenarannya), mimpi-mimpi, bahkan hadits-hadits palsu untuk membenarkan ajaran dan keyakinan mereka.
    Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullh berkata:
    Orang-orang ahli tashawwuf, dalam beragama dan mendekatkan diri kepada Allh Ta’ala, (mereka) berpegang teguh pada suatu pedoman seperti pedoman yang dipegang oleh orang-orang Nashrani. Yaitu ucapan-ucapan yang tidak jelas maknanya, dan cerita-cerita yang bersumber dari orang yang tidak dikenal kejujurannya. Kalaupun ternyata orang tersebut jujur, tetap saja dia bukan seorang (nabi/rasul) yang terjaga dari kesalahan. Maka (demikian pula yang dilakukan orang-orang ahli tashawwuf), mereka menjadikan para pemimpin dan guru-gurunya sebagai penentu/pembuat syariat agama bagi mereka, sebagaimana orang-orang Nashrani menjadikan para pendeta dan rahib mereka sebagai penentu/ pembuat syariat agama bagi mereka.
    3.
    Termasuk doktrin ajaran tashawwuf, ialah keharusan berpegang teguh dengan dzikir-dzikir dan wirid-wirid yang ditentukan dan diciptakan oleh guru-guru thariqat mereka. Hingga merasa cukup dengan produk dzikir-dzikir tersebut, beribadah dan mendekatkan diri kepada Allh Ta’ala dengan selalu membacanya.
    Bahkan tidak jarang mereka mengklaim bahwa membaca dzikir-dzikir tersebut lebih utama daripada membaca Al-Qurn, dan mereka menamakannya dengan dzikirnya orang-orang khusus. Adapun zikir-zikir yang tercantum dalam Al-Qurn dan Sunnah, mereka namakan dengan dzikirnya orang-orang umum.
    Kalimat thayyibah (l ilaha illallah), menurut mereka termasuk dzikirnya orang-orang umum. Adapun dzikirnya orang-orang khusus ialah melantunkan kata tunggal (????) dengan berulang-ulang. Lebih aneh lagi, mengulang-ulang kata (????/Dia), mereka sebut sebagai dzikirnya orang-orang khusus yang lebih khusus.
    Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullh berkata:
    Barang siapa yang beranggapan bahwa kalimat L ilaha Illallh adalah dzikirnya orang-orang umum, dan dzikirnya orang-orang khusus adalah kata tunggal (????), serta dzikirnya orang- orang khusus yang lebih khusus adalah kata ganti (????/Dia), maka dia adalah orang yang sesat dan menyesatkan.
    4.
    Sikap ghuluw (berlebih-lebihan/ekstrim) orang-orang ahli tashawwuf terhadap orang-orang yang mereka anggap telah mencapai kedudukan wali atau terhadap guru-guru tarikat mereka. Pengertian wali dalam kamus mereka bertentangan dengan apa yang ditetapkan oleh Al–Qurn.
    Wali (kekasih) Allh Ta’ala adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya tunduk (kepada Allh Ta’ala). Dan merupakan kewajiban kita untuk mencintai, menghormati dan meneladani mereka. Perlu ditegaskan di sini, bahwa derajat kewalian itu tidak hanya dikhususkan bagi orang- orang tertentu saja. Akan tetapi, setiap orang yang beriman dan bertakwa, maka ia adalah wali (kekasih) Allh Ta’ala.
    Kedudukan sebagai wali Allh Ta’ala juga tidak menjadikan diri seseorang terpelihara dari kesalahan dan kekhilafan. Inilah makna wali dan kewalian, dan kewajiban kita terhadap mereka, menurut pemahaman Ahlus-Sunnah wal-Jamaah.
    Adapun makna wali menurut kalangan ahli tashawwuf sangat berbeda dengan pemahaman Ahlus-Sunnah wal-Jamaah. Orang-orang ahli tashawwuf memiliki beberapa kriteria dan pertimbangan tertentu (yang bertentangan dengan petunjuk Al-Qur`n dan Sunnah) dalam masalah ini. Mereka menobatkan derajat kewalian hanya kepada orang-orang tertentu saja tanpa dilandasi dengan dalil syariat yang menunjukkan kewalian orang-orang tersebut.
    Bahkan, tidak jarang, mereka menobatkan derajat kewalian kepada orang yang tidak dikenal keimanan dan ketakwaannya, atau kepada orang yang dikenal mempunyai penyimpangan dalam keimanan. Seperti orang yang melakukan praktek perdukunan, sihir dan menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allh Ta’ala, melakukan hal-hal yang aneh-aneh atau di luar kebiasaan.
    Kita dapat menjumpai mayoritas orang-orang ahli tashawwuf menobatkan seseorang sebagai wali hanya dikarenakan orang tersebut mampu menyingkap tabir dalam suatu masalah, atau orang tersebut melakukan sesuatu yang di luar kemampuan manusia. Seperti terbang di udara menuju ke Makkah atau tempat-tempat lainnya.
    Terkadang berjalan di atas air, ketika ada orang yang meminta pertolongan kepadanya dari tempat yang jauh atau setelah dia mati, maka orang itu melihatnya datang dan menyelesaikan keperluannya, memberitahukan tempat barang-barang yang dicuri, memberitakan halhal yang ghaib (tidak nampak), dan lain-lain. Padahal, kemampuan melakukan hal-hal ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa pelakunya adalah wali Allh Ta’ala.
    Kaum mukminin telah sepakat dan sependapat mengatakan, jika ada orang yang mampu terbang di udara atau berjalan di atas air, maka kita tidak boleh terpedaya dengan penampilan tersebut sampai kita melihat, apakah perbuatannya sesuai dengan Sunnah Raslullh Shallallhu ‘Alaihi Wasallam? Apakah orang tersebut selalu mentaati perintah beliau Shallallhu ‘Alaihi Wasallam dan menjauhi larangannya?
    Karena hal-hal yang di luar kemampuan manusia ini bisa dilakukan oleh banyak orang kafir, musyrik, ahli kitab, ataupun orang munafik. Bisa juga dilakukan oleh para pelaku bidah dengan bantuan setan/jin.
    Oleh karena itu, setiap orang yang mampu melakukan hal-hal di atas, sama sekali, tidak boleh dianggap sebagai wali Allh.[7]
    Kesesatan orang-orang ahli tashawwuf tidak sampai di sini saja. Sebab, sikap mereka yang berlebih-lebihan dan melampaui batas dalam mengagungkan orang-orang yang mereka anggap sebagai wali, sampai-sampai mereka menganggap para wali tersebut memiliki sifat-sifat ketuhanan, seperti mengetahui hal-hal yang ghaib. Pada gilirannya, menjerumuskan mereka ke dalam perbuatan syirik dengan menjadikan para wali tersebut sebagai sesembahan selain Allh Ta’ala.
    5.
    Termasuk doktrin ajaran tashawwuf yang sesat adalah mendekatkan diri kepada Allh Ta’ala dengan nyanyian, tarian, tabuhan rebana dan bertepuk tangan. Semua ini mereka anggap sebagai amalan ibadah kepada Allh Ta’ala (?!).
    Dr. Shbir Thuaimah berkata dalam kitab ash- Shfiyyah, Mutaqadan wa Maslakan:
    Saat ini, tarian shufi modern telah dipraktekkan oleh mayoritas tarikat Shufiyyah dalam pesta-pesta perayaan ulang tahun beberapa tokoh mereka. Para pengikut thariqat berkumpul untuk mendengarkan nada-nada musik, yang terkadang didendangkan oleh lebih dari dua ratus pemain musik pria dan wanita. Sedangkan para murid senior, dalam pesta ini duduk sambil mengisap berbagai jenis rokok, dan para tokoh senior beserta para pengikutnya membacakan beberapa kisah khurafat (bohong) yang terjadi pada sang tokoh yang telah meninggal dunia.
    6.
    Juga termasuk doktrin ajaran tashawwuf yang sesat, yaitu apa yang mereka namakan sebagai suatu keadaan/tingkatan, yang jika seseorang telah mencapainya, maka ia akan bebas dari kewajiban melaksanakan syariat Islam. Keyakinan ini muncul sebagai hasil dari perkembangan ajaran tashawwuf. Karena asal mula ajaran tashawwuf ialah melatih jiwa dan menundukkan watak dengan berupaya memalingkannya dari akhlak-akhlak yang jelek, dan membawanya pada akhlak-akhlak yang baik, seperti sifat zuhud, tenang, sabar, ikhlas dan jujur, menurut klaim mereka.
    Tidak diragukan lagi menurut pandangan orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang beriman bahwa ucapan ini termasuk kekufuran yang paling besar. Bahkan ucapan ini lebih buruk dari pada ucapan orang-orang Yahudi dan Nashrani. Karena orang-orang Yahudi dan Nashrani, mereka mengimani sebagian (isi) kitab suci mereka dan mengingkari sebagian lainnya. Dan mereka itulah orang-orang kafir yang sebenarnya. Mereka juga membenarkan perintah dan larangan Allh Ta’ala, meyakini janji dan ancaman-Nya.
    Kesimpulannya, orang-orang Yahudi dan Nashrani yang berpegang pada ajaran agama mereka yang telah dihapus (dengan datangnya agama Islam) dan telah mengalami perubahan dan rekayasa, mereka ini lebih baik (keadaannya) dibandingkan orang-orang yang menyangka bahwa mereka telah bebas dari kewajiban melaksanakan perintah Allh Ta’ala secara keseluruhan. Karena dengan keyakinan tersebut, berarti mereka telah keluar dari ajaran semua kitab suci, semua syariat dan semua agama.
    Mereka sama sekali tidak berpegang kepada perintah dan larangan Allh Ta’ala. Bahkan mereka lebih buruk dari orang-orang musyrik yang masih berpegang kepada sebagian dari ajaran agama yang terdahulu, seperti orang-orang musyrik bangsa Arab yang masih berpegang dengan sebagian dari ajaran Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.
    Untuk membenarkan keyakinan tersebut, di antara mereka ada yang berargumentasi dengan firman Allh Ta’ala berikut ini:
    Beribadahlah kepada Rabbmu sampai datang kepadamu sesuatu yang diyakini (kematian).
    (Qs. al-Hijr/15 : 99)
    Kata mereka :
    Makna ayat di atas ialah, sembahlah Rabb-mu sampai kamu (mencapai tingkatan) ilmu dan marifat, dan jika kamu telah mencapainya maka gugurlah (kewajiban melaksanakan) ibadah atas dirimu .
    Padahal pada hakikatnya, ayat ini justru menyanggah anggapan pandangan mereka.
    Dikatakan oleh Hasan al-Bashri rahimahullh:
    Sesungguhnya Allh Ta’ala tidak menjadikan bagi amalan orang-orang yang beriman batas akhir kecuali kematian,
    Kemudian Hasan al-Bashri rahimahullh membaca ayat di atas.
    Jadi, ayat di atas sangat jelas menunjukkan kewajiban setiap orang untuk selalu beribadah sejak dia mencapai usia dewasa dan berakal, sampai ketika kematian datang menjemputnya. Dalam ajaran Islam, sama sekali tidak ada yang dinamakan dengan tingkatan/keadaan, yang jika seseorang telah mencapainya maka gugurlah kewajiban beribadah atasnya, sebagaimana persangkaan orang-orang ahli tashawwuf.
    PENUTUP
    Setelah pembahasan di atas, maka jelaslah bagi kita bahwa ajaran tashawwuf merupakan ajaran sesat yang menyimpang, sangat jauh dari petunjuk Al-Qurn dan Sunnah. Dengan mengamalkan ajaran ini naudzu billah min dzalik seseorang bukannya semakin dekat dengan Allh Ta’ala, tetapi justru semakin jauh dari-Nya. Dan hatinya, bukan semakin bersih, akan tetapi malah semakin kotor dan penuh noda.
    Kemudian, jika muncul pertanyaan:
    Kalau begitu, bagaimana usaha yang harus kita lakukan untuk mensucikan jiwa dan hati kita?
    Maka jawabannya, sangat sederhana, yaitu pelajari dan amalkan syariat Islam ini lahir dan batin; dengan itulah jiwa dan hati kita akan bersih.[8] Karena di antara tugas utama yang dibawa para rasul ialah mensucikan jiwa dan hati manusia dengan mengajarkan kepada mereka syariat Allh Ta’ala.
    Allh Ta’ala berfirman, yang artinya:
    Sungguh Allh telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman
    ketika Allh mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri,
    yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allh,
    membersihkan (jiwa) mereka,
    dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan al-Hikmah (as-Sunnah).
    Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu,
    mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
    (Qs. Ali Imrn/3 ayat 164)
    Maka, orang yang paling banyak memahami dan mengamalkan petunjuk Al-Quran dan Sunnah dengan baik dan benar, maka dialah yang paling bersih, suci hati dan jiwanya. Dan dialah yang paling bertakwa kepada Allh Ta’ala. Karena semua orang berilmu sepakat mengatakan, bahwa penghalang utama yang menghalangi seorang manusia dekat dengan Allh Ta’ala ialah (kekotoran) jiwanya.[9]
      heris — 19 Desember 2010 @ 02:01
  27. Komentar Heris jg bisa sesat n menyesatkan krn menggeneralisir semua tasawuf sesat n diluar Islam. Kan jelas, ada tasawuf yang haq dan yang batil. Haq jk sesuai syariat, n batil jika bertentangan dengannya. gampang kan? Jgn mempersulit, kata Nabi. Jangan sok suci, kata Allah. Yg haq tentu jgn dinilai sesat, cukup yg batil saja. Jgn sok pinter lah…Tasawuf itu kan hanya nama ilmu ttg cara-cara menyucikan hati, Jadi ia kompilasi ajaran Rasulullah mengenai hal-hal yg berkaitan dengan penyucian hati, akhlak karimah, adab, dsb. Klo soal nama ilmu jangan diributkan, boleh kok pakai nama lain misalnya Ilmu Tazkiyatunnafsi,dll.Yang penting isinya sesuai dengan ajaran Rasulullah apa tidak. Jika sesuai kan ngaco dibilang sesat. Klo ga’ sesuai barulah sy n semua org beriman pasti setuju itu sesat menyesatkan, tp jgn dipukul rata.
      ROOZ — 29 Desember 2010 @ 09:18
  28. Soal nama-nama ilmu juga banyak yang bid’ah (baru), seperti ilmu fiqh,ushul fiqh,nahwu,ushuluddin,tafsir, ilmu tafsir,dll. Semua nama ilmu itu blm ada di zaman Nabi, beliau sendiri tidak menyebut ilmu-ilmu itu dalam hadisnya.Jadi nama ilmu2 tsb bid’ah semua, tapi bid’ah hasanah (baik) sehingga tdk sesat malah meningkatkan iman dan takwa jika isinya menghimpun ajaran-ajaran Rasulullah. Jd, ilmu fiq, tasawuf, ushul fiqh dsb tsb hanyalah klasifikasi dan sistematisasi ajaran Rasuullah sesuai bidang masing-masing.Sesat? tentu tidak jk demikian. Namun jika isinya menyimpang barulah sesat.Tapi hati-hati, jgn mudah menuduh sesat karena fikih juga ada perbedaan.
      ROOZ — 29 Desember 2010 @ 09:29
  29. Demi Allah, Allah swt sendiri telah berfirman bahwa sangat jauh perbedaan antara orang yang mengerti dengan orang yang tidak mengerti…
      BANDI ASY-SYAUQIY — 30 Desember 2010 @ 11:39
  30. To : Haris, jangan kebanyakan baca situs Wahabi Salafi
    Iman —> ilmunya Ushuludin
    Islam —> ilmunya Fiqih
    Ihsan —> ilmunya Tasawuf
      Buat Haris — 30 Desember 2010 @ 19:29
  31. To: Rooz, saya setuju dengan anda. Biasanya yg demikian (Heris) baru tahu kulitnya saja, mestinya sbg seorang muslim anda (Heris) mesti arif menyikapi suatu hal. “ALLAH maha mengetahui segalanya” …. artikan ini dengan seluas-luasnya.
    Lucu sekali anda, orang ingin dekat dengan ALLAH seperti dalam surat Al-Imron ayat 190, koq dibilang sesat, bid’ah ….
    hmmmm …. patut dipertanyakan keislaman anda !!! Nabi & Rasul menginginkan umatnya demikian, malah anda yg bilang sesat ….. Sebenarnya siapa sih yg anda sembah? Janganlah kedudukan yg Sunnah anda ubah menjadi Wajib, sedangkan yg Wajib anda ubah menjadi Sunnah, sekarang ini itulah anda !!!!! Nauzubillah ………
    Anda seperti katak dalam tempurung, sampai akhir ayat hidup anda tidak dapat menikmati bgm dekatnya, nikmatnya, indahnya akan segala rahmat & hidayat yg ALLAH curahkan …. saya ingin bertanya sesuatu hal yg mungkin sepele buat anda …. “SUDAH KHUSYUK KAH SHOLAT ANDA?” …. jangan hanya khusyuk fisiknya saja (seolah-olah terlihat khusyuk)pikiran kemana2 ….. apa yg anda sembah? angin? tembok masjid? ….. Emosilah, cacilah sy …. karena itu ‘baju’ yang anda kenakan! ALLAH menciptakan manusia sangat istimewa dari makhluk lainnya, maka gunakanlah akal & hati anda …. bukan ‘baju’ anda itu, sebelum terlambat!!!
    Maafkan hambaMu ini Ya ALLAH …..
    Thx to Bung Rooz …..
      baim — 30 Desember 2010 @ 23:46
  32. Bru bsa baca alif bak ajah ngangap yg aneh2 seng sesat lah.! Orng NADiyun (NU) tdk bleh debat. Udh lakum dinukum waliyadin ,. Smua ALLAH tau mana yg lurus mana yg sesat.
      Kawulo — 31 Desember 2010 @ 00:41
  33. apakah benar tasawuf ini berasal dari pandangan rahib-rahib kristen yang meninggalkan keduniaan untuk mencari kebahagiaan batin????
      narkho — 17 Januari 2011 @ 19:37
  34. aku telusuri halaman2 di web..singgah dari blog satu ke blog yg lain, mcari kebenaran…dan aku mulai merasakan adanya kedamaian dr orang2 yg telah mjalankan ilmu sufi..kata2nya sungguh mdamaikan dan menentramkan…Ya Allah bila tiba saatnya nanti mudah2an engkau ptemukan aku dengan seorang mursyid yang saleh yg dapat mbimbing q pada hadirat-Mu…
      setitik debu — 20 Januari 2011 @ 16:16
  35. alham dulillah………saya bisa mendapat kan ilmu dari orang2 yang mau peduli sama pengethuan…..terimakasih,,,,,,,,,,,,,,,,
      ardi — 22 Januari 2011 @ 23:10
  36. Benar : menurut genk Wahabi/Salafi
      Buat : Narkho — 23 Januari 2011 @ 20:26
  37. Buat Narkho : benar menurut genk Wahabi/Salafi
      Buat : Narkho — 23 Januari 2011 @ 20:28
  38. orang awam sprti kt tak usahlah kt membicarakan tntang ilmu ALLAH….biarlah semua itu diurus para ulama…….kt tnggal ikut aja….mn yg bner dan mantab dngn hati kita…..tak usahlah ber adu argument yg g’ jelas….bs menimbulkan perpecahan tau….
      no namme — 25 Januari 2011 @ 08:24
  39. Buat no namme: Tasawuf jelas, bukannya gak jelas, maaf klo awam lebih baik anda diam, gak usah ikut komentar, itu lebih baik buat anda. wajib bagi kaum muslimin memberi tahu & share kepada sesama, meluruskan yg belum lurus.
      share — 25 Januari 2011 @ 11:51
  40. Buat no namme: Tasawuf jelas, bukannya gak jelas, maaf klo awam lebih baik anda diam, gak usah ikut komentar, itu lebih baik buat anda. wajib bagi kaum muslimin memberi tahu & share kepada sesama, meluruskan yg belum lurus.!!!!
      share — 25 Januari 2011 @ 11:52
  41. BUKAN KARENA AMALMUU MANUSIA MASUK SURGA TAPI KARENA RIDHO TUHANMUU (ALLAH, SWT) YANG MEMBUATMU MASUK SURGA ATAU SEBALIKNYA..
    ALLAH TIDAK MELIHAT GOLONGAN,CARA IBADAHMU ATAU BANYAKNYA AMALMU TAPI ALLAH MELIHAT HAAATIMU. AGAMA DIPELAJARI BUKAN UNTUK HAPAL HADIS ATAU DALIL TP SEMUA ITU PERLU DIPELAJARI TP BELAJAR AGAMA UNTUK DANDANI HATIMUU DAN HATI KITA..ENNGGEH MAS..MAAFKAN KLAU ADA SALAH
      samin — 8 Februari 2011 @ 12:10
  42. memang kebutuhan berketuhanan tiap orang berbeda tergantung kekuatan daya nalar dan ketajaman batin yang dia miliki. Ulama fiqih adalah seorang yng belajar/kuliah tentang ilmu hukum (dlm hal ini hukum Islam). Sama spt profesi2 bidang hukum umum spt pengacara akan membela (baca pembenaran) pada obyek yg dia bela berdasarkan dalil hukum tertulis/dhohir yg pernah dipelajari. Sedangkan Ulama sufi menggunakan ketajaman nalar dan ketajaman batin untuk melihat permasalahan. Berketuhanan bukanlah semata tentang hukum kalau menyelisihi sedikit saja maka batal secara hukum. Bukan begitu penalaran ulama sufi karena berketuhanan juga menyangkut ketenangan batin, kebijaksanaan kasih sayang keadilan yg tdk mudah diukur secara dalil TEKSTUAL tetapi KONTEKSTUAL. Dalam Qur’an disebutkan ada kalam iktibar tentang penciptaan Langit dan bumi adalah tanda2 kekuasaan Allah bagi yg mau berpikir.
    Memang masing2 ulama fiqih dan ulama sufi punya pangsa pasar sendiri2. Sbg contoh ESQ 165-nya Ary Ginanjar di mana menurut saya termasuk Ulama Sufi. Mengapa orang2 profesional berduit rela membayar juataan untuk didakwahi Ary Ginanjar. Sedangkan yang gratis diberikan oleh ulama fiqih di majlis2 taklim para orang berpendidikan dan profesional ogah. karena mereka ingin mendapatkah sesuatu yg lebih untuk membangkitkan kesadaran berketuhanan daripada sekedar dicekokin doktrin2 dalil tekstual.
      iwan Abdurahman — 14 Februari 2011 @ 16:10
  43. asskum…..kita baru belajar sedikit hadis sudah menghatam orang2 ……bagaimana negara ri ini yang yg bukan landasannya Al-qur’an dan sunnah kok tidak kalian ributkan…….. apa ngak sesat orang yang mengambil undang undang dalam mengatur kehidupan ini selain Al-qur’an dan sunnah? coba antum pikir? semua aspek diatur dengan uud bhatil……jangan Salah Fikir …lidah pandai tapi bathin kita bodoh…..
      abi suhaila — 17 Februari 2011 @ 20:54
  44. Ass………wr wb.
    saudaraku,tidak ada satupun ilmu yg ada didunia ini sesat melainkan pemahaman dan penerapan kita yg kurang krn sebab masih mengakui diri,carilah pemahaman yg sesuai dgn kadar ilmu yg ada,hal ini hanya bisa di dapati dengan menuntut ( bukan belajar ) pada seorang guru mursyid,coba lihat perjalan Rosul,Rosul dan jibril iktibar bagi kita antara murid dan guru,jgn pernah memvonis seseorang krn itu adalah mutlak hak Allah…
    jgn pernah merasa benar,jika ingin tahu bgmn rasanya kopi maka cobalah minum kopi,kalo hal ini terus diperdebatkan dimana letak islam pada diri kita….
    Bagaimana kita bisa katakan kasih dan sayang kepada Allah yang tidak tampak/ghaib sedangkan sesama ciptaanNya saja yg jelas tampak kita tidak kasih dan sayang…..
    ” Fii anfusikum afalaa ubsiruun “yang ada pada dirimu kenapa tidak kamu perhatikan…….
    satu hal yg ingin saya pesan kepada kita semua : Allah swt tidak akan dapat dijumpai dgn amal zikir ataupun ibadah lainnya tp dengan kasih sayang lah Allah akan dapat kita jumpai……..
    Wassalam……….
      Ahmad — 21 Februari 2011 @ 00:26
  45. PENGALAMAN SAYA SEBELUM MENGENAL TASAWUF. DULU SAYA RAJIN SHALOT DARI KECIL RAJIN BELAJAR AlQur an,lama kelamaan saya menjadi jenuh,bosan, dan malas,serta sholat saya tak khusuk,yg ibadah dikerjakan juga,yang dilarang dikerjakan juga,karena tak ada ketenangan dan kenikmatan dalam sholat dan sholat banyak yg tingal/lupa, maka saya putuskan tidak sholat sama sekali,itu lebih kurang 5 taun lama. karena saya tak paham dan mengenal allah secara gaib/bathin.tapi saya mengenal allah secara dari muluk guru2 ngaji,orang tua saya dan teman2 saya dan ibadah yg saya kerja hanya secara fikif saja dan tak mengenal hakekat dan makripat(siapa yang dirukuk dan siapa yang disujup), hanya kenal dalam kontek saja.alhamdulillah kerena sudah kehendak allah tuhun 1999,saya hijrah dari Bukittinggi ke pekan baru,melewati teman saya mengenal seorang guru, mengajarkan kepada saya sebuah ilmu yang namanya MENGENAL DIRI, lebih kurang 4 tahun lamanya (dalam masa ini saya belum juga mengerjakan sholat)karena saya mulai paham bahwa nabi Muhammad SAW sebelum mendapat perintah untuk israt dan mikrat, untuk menjempuk perintah sholat, dia mengajarkan Iman kedalam dada pengikutnya selama lebih kurang 16 tahun lamanya, baru masalah rukun Isalam yang diajarkannya itu lebih kurang 7 tahun lamanya ditutup oleh nabi dg mengerjakannya haji, siap itu dia meninggal dunia (PESAN SAYA = KEPADA SAUDARAKU SESAMA ISLAM, JANGAN ADA LAGI SALAH PAHAM, MENG ANGAP PENDAPAT KITA YANG BENAR DAN MENUDUH SESAT SERTA BIDAAH OLEH PENGIKUT FIKIF TOK SAJA TERHADAP TASAWUF. 1. DG MEMPELAJARI DAN MEMAHAMI AGAMA ISLAM INI SEMENJAK NABI LAHIR SAMPAI NABI MENINGAL DUNIA,KARENA DALAM MASA NABI LAHIR SAMPAI NABI ISRAK MIKRAT ITU BANYAK SEKALI PELAJARAN DAN PEMAHAMAM TENTANG TENTANG RUKUN IMAN YANG DIAJARKAN OLEH NABI KEPADA PENGIKUTNYA DAN KEJADIAN2 YG TERJADI PADA NABI,JADI NABI MENGAJARKAN DAN MENANAMKAN MASALAH IMAN DIDADA PENGIKUTNYA PALING DULU DAN PALING LAMA DARI PADA MASALAH RUKUN ISLAM.2. ANDA HARUS PAHAM LETAK BER AGAMA ITU? YAITU MEMAHAMI DAN MENGETAHUI TENTANG ROHANI KITA, YG BERSIPAT GAIP ATAU BATHIN, KARENA ALLAH ITU BERSIPAT GAIB/BATHIN, JADI UNTUK MENGENAL YG GAIB DG GAIB JUGA. 3. KULAU ANDA INGIN MENDAPATKAN KENIKMATAN BERAGAMA ISLAM KEMBALIKAN KE DIRI ANDA, YANG SABANA DIRI YAITU HATI ANDA SENDIRI( SUMBER KENIKMATAN DAN KEBAHAGIAN, SUMBER PENYAKIT,TEMPAT WAS2, DAN SUMBER AMALAN KARENA APAPUN IBADAH TANPA DINIAT KAN DARI HATI TIDAK AKAN DITERIMA OLEH ALLAH.4. COBA ANDA RASAKAN BAHWA HATIMU ADA DUA YAITU HATI SANUBARI/ HATI BESAR TEMPAT NAPSU BERTEMAN DG SETAN, DAN HATI NURANI/HATI KECIL ATAU HATI PALING DALAM TEMPATNYA ALLAH DAN MALAIKAT, CONTOHNYA BISA KAMU RASAKAN:APABILA KAMU INGIN BERBUAT JAHAT PASTI HATIMU AKAN TERJADI PERLAWANAN YG SATU MENYURUH DAN YG SATU LAGI MELARANG, AKAN TERJADI PEPERANGAN BATHIN, MANA YG MENANG, KALAU YG MENYURUH YG MENANG BERARTI ANDA SUDAH MEMBUAT DOSA DAN SEBALIKNYA ANDA MENANG DAN MENDAPAT PAHALA. TOLONG PAHAMI BETUL TENTANG CONTOHNYA KARENA DI DIRI ANDA TSB TERDAPAT SUMBER ILMU TENTANG MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH BAGI ORANG2 YG MEMPERGUNAKAN HATINYA DARI PADA OTAKNYA DAN ALLAH AKAN MEMBUKAKAN HIDAYAHNYA ORANG YG MENCARI. 5 ANDA HARUS TAHU ORANG TASAWUF YG SESUSAI DG ALQUR AN DAN SUNAH YAITU: SARIAAT TANPA HAKEKAT ADALAH HAMBAR SEPERTI SAMBAL TANPA GARAM( ITU YG TERJADI PADA SAYA SEBELUM MENGENAL TASAWUF), HAKEKAT TANPA SARIAAT ADALAH ZINDIK/SESAT, JADI HARUS SEJALAN SARIAAT,TERIKAT, HAKEKAT, DAN MAGRIPAT KEPADA ALLAH. 6. TASAWUF SEBETUL ADALAH MEMPELAJARI DAN MEMAHAMI TENTANG HATI ATAU GOLBU DENGAN ILMU YG DIAJARKAN GURU2 YG TERPERCAHAYA BAIK ILMU AGAMANYA DAN BUDI PEKERTINY DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI.DEMIKIAN PESAN SAYA KEPADA ANDA SEMOGA ANDA SEMUA DAPAT HIDAYAH DARI ALLAH, DAN SAYA TETAP MEMAAFKAN ANDA SEMUA KARENA KITA INI SUDAH DITAKDIRKAN UNTUK BERBEDA TINGKAT PEMAHAMAN TENTANG KE IMAMNAN KEPADA ALLAH, TERGANTUNG KITA MAU MENCARI YG ADA PADA DIRI KITA DAN HIDAYAH DARI ALLAH.DEMIKIAN KOMENTAR DARI SAYA, KAPAN DISAMBUNG LAGI, WASSALAM H MUKHLIS.
      H MUKHLIS — 22 Februari 2011 @ 11:57
  46. LIKE THIS PAK HAJI MUKLIS.
    DUA2NYA BERTUJUAN SAMA KESELAMATAN DUAI AKHIRAT. YANG SYARIAT AMALAN LAHIR AKAN TERLIHAT DAN TERUKUR PASTI DENGAN HUKUM SYARIAT, YANG TASAWUF TIDAK SERTA MERTA KASAT MATA. DUA2NYA BISA TERJADI PENYIMPANGAN, YANG TASAWUF SAJA: POKOKNYA BERIMAN/HATI BERSIH TETAPI TIDAK SHOLAT MISALNYA, SEDANGKAN YG SYARIAT SAJA YANG PENTING SUDAH SHOLAT TDK PERDULI MAKSIAT DAN MENYAKITKAN HATI ORG LAIN JUGA JALAN TERUS.
      iwan Abdurahman — 23 Februari 2011 @ 11:10
  47. LIKE THIS PAK HAJI MUKLIS.
    DUA2NYA BERTUJUAN SAMA KESELAMATAN DUNIA AKHIRAT. YANG SYARIAT AMALAN LAHIR AKAN TERLIHAT DAN TERUKUR PASTI DENGAN HUKUM SYARIAT, YANG TASAWUF TIDAK SERTA MERTA KASAT MATA. DUA2NYA BISA TERJADI PENYIMPANGAN, YANG TASAWUF SAJA: POKOKNYA BERIMAN/HATI BERSIH TETAPI TIDAK SHOLAT MISALNYA, SEDANGKAN YG SYARIAT SAJA YANG PENTING SUDAH SHOLAT TDK PERDULI MAKSIAT DAN MENYAKITKAN HATI ORG LAIN JUGA JALAN TERUS.
      iwan Abdurahman — 23 Februari 2011 @ 11:10
  48. Ilmu segunung klo keyakinan “0 ” sm j boong,masing2 j jalaninnya g usah berdebat.
      Aaf — 4 Maret 2011 @ 13:55
  49. Alafu nich bagi yang menentang tasawwuf, sepertinya cukup jelas sudah keterlibatan Tasawwuf dalam penyebaran agama Islam bila coba di Check sanad keilmuan Thariqoh Qadiriyah dan juga Alawiyyin dan tolong dicheck ke thariqoh yang lainnya juga…..
    Bagi yang berpegang pada mahdzab Syafi’i kalian tahu pasti apa maksud saya….
    Untuk soal kepastian kebenaran Ilmu yang diamalkan, baik fiqih maupun tasawwuf, mengapa semua tak merujuk pada Mahdzab awal disebarkannya Islam diIndonesia ataupun pada ulama-ulama Hadramaut yang jelas-jelas punya sejarah penyebaran Islam di Nusantara sejak awal…
    Pelajarilah sejarah jikalau perlu untuk mencari kebenaran…
    Bagi yang masih mencari mursyidnya…. kalau Allah masih belum mengizinkan maka Hidayah pun belum kan datang padamu, setiap-tiap dari kalian memiliki Mursyidnya masing-masing
    Bagi yang menggunakan kalimat Lakum dinukum waliyadin, tolong dipahami fungsi dan cara bagaimana penggunaan kalimat tersebut, disaat kapankah kalimat tersebut diperlukan dan siapakah yang berhak menggunakannya dan terhadap siapakah engkau menggunakan kalimat tersebut….
    Bagi yang suka berbicara seenaknya yang bisa menyakiti sesama muslim, tolong jangan permalukan diri kalian sendiri….
      Muhammad..... — 12 Maret 2011 @ 16:00
  50. janganlah perbedaan menjadi jurang pemecah umat, hablum minannas bukankah islam rohmatan lil alamin. diskusi boleh saja asal terarah. hati saya sedih melihat saudara saya yg seiman dan seakidah memperdebatkan masalah keyakinan yg sama. bukankah iman itu di yakini dalam hati diikrarkan dalam lisan dan dipraktekkan dalam laku hidup sebagaimana tuntunan Kanjeng Rosulollah. saya yakin Kanjeng Rosul pasti akan menangis bila melihat umatnya seperti ini, saling berbantah-bantahan tentang Risalah yg pernah dibawanya. Hakikat kebenaran mutlaq hanya ALLAH SWT yg tahu, tidaklah diberitahukan kecuali hanya sedikit. jgnlah yg sedikit ini malah menjadikan perdebatan yg tiada ujung pangkalnya. ALLAHHUALAM BISSOWAB WALLAHHUALAM BIMURAD. santri alit
      santri alit — 18 Maret 2011 @ 12:06
  51. ana butuh sesuatu dari antum tentng para ahli tasawuf
      pranaya — 20 Maret 2011 @ 17:17
  52. mereka tidak menyebut diri mereka sufi, orang lain lah yang memberi mereka julukan sufi. mereka hanya orang-orang yang telah mempelajari fiqh mencintai Allah dan RasullNya tetapi mereka tidak sombong dengan ilmunya, mereka diam bila tidak di tanya dengan ke ikhlasan, mereka membersihkan hati serta berusaha mendekatkan diri pada Allah Swt.
    Mereka tidak pernah menghujat Ahlul Sunnan, tidak pernah menghujat siapapun. mereka tidak merasa pintar maka mereka diam, karna mereka membersihkan hati dari riya.( tidak pamer dalam ibadah dan penampilan ) jika yang lain merasa lebih beriman dan lebih ber ilmu, meraka tidak iri, apa lagi mencaci maki, jangankan untuk membenci sesama muslim bahkan membenci yang lainnya pun mereka tak semapat, karna tak ada ruang dalam hati mereka untuk semua itu, selain Allah. ( Saya bukanlah seorang sufi dan tidak pula padai Ilmu fiqih dll, yang saya ketahu adalah AhlulSunnah dan sufi adalah orang-orang yang baik )
      Abidin — 22 Maret 2011 @ 10:16
  53. bagaimana kita bisa mengetahui manisnya gula apabila kita belum pernah memakannya?????????
      jumaro al mulk — 22 Mei 2011 @ 02:18
  54. yang pernah merasakan pasti tahu, demikian sebaliknya………..
      aqil — 22 Mei 2011 @ 12:35
  55. jgn menuduh org tassauf sesat……banyaklah bertanya wahai yg tidak mengenal tassauf……karena ilmu tassauf itu memeang tidak di ajarkan Rassullulah secara terbuka…karena bisa bisa tergelincir apa bila tidak dengan yg ahlinya.
    Fiqih mengatur perbuatan,sedang ma’rifat itu mengatur perasaan………..
    bagaimana amalmu akan sampai apa bila tidak engkau kenal siapa yg engkau sembah dan siapa yg menyembah……..
    mohon ampun kl ada salah kalimat..
    wassalam…..
      daha al banjari — 22 Mei 2011 @ 13:08
  56. Assalamu alaikum..
    Coba melihat semua coment
    Yang belum tau dengan benar sebaiknyajangan buru2 menuduh
    Yang uda tau hati2 klo bicara, bisa jadi itu ujian buat yang “merasa tahu”
    “Merasa benar” sedang yang Haq cuma ????????? semata
    Benar kata pepatah
    “Kalo belum pernah makan kurma bagaimana kamu bisa tau manisnya kurma”
    Yang belum pernah makan ga akan pernah tau rasanya
    Dijelaskan seperti apapun tetap tak akan tau
    Kecuali ia memakannya
    Buat yang meyakini, jalani sepenuhnya jangan takut meski harus tinggal di neraka
    Buat yang ragu/tak percaya , buang jauh jauh pengetahuan ini
    Dan jangan mampir ksini, karena hanya akan jadi racun buat semua.
    Terus beribadah sesuai kemampuan dan keyakinannya. Jangan saling bermusuhan, karena kemampuan orang berbeda beda.
    Anggaplah kami ini bodoh tidak sepintar kalian. Jadi tak perlu menghina.
    Sesungguhnya ????????? Maha Pengasih lagi Penyayang bagi hambanya yang bodoh dan hina.
      faiz wong — 26 Mei 2011 @ 10:16
  57. Islam bisa digambarkan/diibaratkan buah kelapa yang terdiri dari :
    1. Kulit/Serabut = Syari’at (sembah raga)
    2. Kulit Batok = Tarekat/Thoriqoh (sembah cipta)
    3. Daging kelapa = Hakikat (sembah jiwa)
    4. Air kelapa = Ma’rifat (sembah rasa)
    yang kesemuanya itu ada dalam ajaran tasawuf, tergantung kita sebagai manusia apakah kita beribadah sudah benar2 bulat total…melibatkan hati/qolbu yang bersih atau ditingkatan mana seperti diatas tadi yang disebutkan atau sebagai barometer bahwa kita masih ditingkat berapa ???, karena ajaran tasawuf menekankan qolbu/hati/jiwa yang bersih untuk beribadah kepada Alloh,,,sekian wassalam.
      badranaya — 21 Juni 2011 @ 13:53
  58. sambungan…
    dari keempat macam/tingkatan itu…harus berurutan tdk boleh dipilih-pilih dan tentunya berlandaskan Al Qur’an & Hadits,,, kita bisa membayangkan semakin kedalam kita masuk akan semakin nikmat, gurih buahnya dan segar meminum air buah kelapa tadi…
      badranaya — 21 Juni 2011 @ 14:32
  59. tarekat dan sufi tidak ada dalam ajaran Baginda ROSULALLAH SAW itu sudah jelas merupakan jalan yang sesat . . .
      aan — 27 Juni 2011 @ 11:22
  60. Dan jika manusia tetap pada suatu Thoriqoh, pasti mereka akan mendapatkan air yang menyegarkan. (Qs: Al Jin 16)
    Berdasarkan Qs: Al Jin 16, ajaran Thoriqoh adalah ajaran agama Islam, bukan ajaran Ulama Salaf (Ulama pertengahan setelah para sahabat), sebagaimana anggapan sebagian kecil ummat Islam. Ajaran Thoriqoh itu dititikberakan kepada ajaran Dzikrulloh. Masalah Dzikrulloh telah di contohkan atau diajarkan oleh Nabi Besar Muhammad SAW. Tersebut di dalam al-Quran :
    Sungguh ada bagi kamu di dalam diri Rosul itu contoh yang bagus, bagi siapa saja yang ingin bertemu Alloh dan hari akhir, maka Dzikirlah kepada Alloh yang sebanyak-banyak- nya. (Qs: Al-Ahzab : 21), terserah sesat atau tidak karena sesat/tersesat itu diakibatkan/dikembalikan ke manusianya sendiri…
      badranaya — 28 Juni 2011 @ 13:15
  61. Pendapat saudara heris yang dilengkapi dengan beberapa dalilnya cukup menarik juga untuk dibahas dan dikaji diantaranya :
    1.Aku beribadah kepada Allh Taala, bukan karena aku mengharapkan masuk surga, dan juga bukan karena takut masuk neraka. (!?) Kalimat ini menggambarkan bahwa ketika melakukan ibadah baik sunat atau wajib selalu berlandaskan pada Allah SWT semata. Artinya ketika melakukan ibadah yang diharapkan adalah ridho dan rahmat Allah semata.Ketika beribadah mengharapkan surga dan takut akan neraka maka akan bermakna bahwa ibadahnya dilakukan karena surga atau neraka,padahal surga dan neraka merupakan sesuatu yang diciptakan oleh Allah. Contohnya ketika kita takbiratul saat sholat ada kalimat lillahita’ala artinya hanya karena Allah Ta’ala, sehingga bukan karena surga atau neraka.
    2.Untuk membenarkan keyakinan tersebut, di antara mereka ada yang berargumentasi dengan firman Allh Taala berikut ini:
    Beribadahlah kepada Rabbmu sampai datang kepadamu sesuatu yang diyakini (kematian).
    (Qs. al-Hijr/15 : 99)
    Kata mereka :
    Makna ayat di atas ialah, sembahlah Rabb-mu sampai kamu (mencapai tingkatan) ilmu dan marifat, dan jika kamu telah mencapainya maka gugurlah (kewajiban melaksanakan) ibadah atas dirimu .
    Padahal pada hakikatnya, ayat ini justru menyanggah anggapan pandangan mereka.
    Ayat ini merupakan sanggahan saya pikir bertentangan dgn pernyataan :
    Tasawwuf adalah istilah yang sama sekali tidak dikenal pada zaman para sahabat radhiyallhuanhum, bahkan tidak dikenal pada zaman tiga generasi yang utama (generasi Sahabat,
    Kalau ayat tersebut diatas merupakan sanggahan maka tasawuf sudah ada sejak jaman rasullah SAW, sementara saudara heris katakab tasawuf tidak dikenal pada zaman rasulullah SAW.
    3. Orang-orang ahli tashawwuf, umumnya, dalam menjalankan agama dan melaksanakan ibadah tidak berpedoman kepada Al-Qurn dan Sunnah, tetapi, pedoman mereka adalah bisikan jiwa dan perasaan mereka, serta ajaran yang digariskan oleh pimpinan-pimpinan mereka.
    Menurut pendapat saya tidak seperti itu adanya, jika tidak berpedoman pada Alqur’an maka mereka tidak kenal akan kaliamat syahadat, tauhid, atau Muhammad, SAW. Bisikan jiwa atau qalbu atau lebih dikenal dengan kata hati pasti akan ada pada setiap manusia. Bisikan jiwa dijadikan pedoman maksudnya berupaya mendengarkan bisikan jiwa kemudian dikaji lagi apakah sudah sesuai dengan perintah Allah atau tidak, kalau tidak sesuai dengan perintah Allah maka akan ditinggalkan. Contoh : ketika melihat duit di jalan, maka dalam diri akan ada perkataan diambil atau tidak diambil. Dua hal tersebut dipastikan akan muncul, karena Allah menciptakan segala sesuatu berpasangan.
    Saya pikir cukup dua hal ini saja yang dibahas terlebih dahulu, semoga ada manfaatnya…
      hardi borneo — 7 Juli 2011 @ 00:53
  62. Lautan ilmu milik ALLAH SWT. takkan ada habisnya bila direguk, Bila ada sebutir ilmu kita mengerti, maka amalkanlah.
    Ilmu Tassawuf bukan untuk diperdebatkan, bila ada yang ingin ilmu ini, maka bergurulah bersama Mursyid yang Bijak (makrifat) ambil dan rasakan manfaatnya.
    Forum ini tiadalah arti, bahkan hanya akan membuat perpecahan umat, Amalkan ilmu dengan apa yang kita yakin dan harus didasari Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasululullah SAW.
    Banyak orang Pintar tetapi tidak Bijak, Tapi banyak orang baru belajar tetapi mereka bisa mencintai & mengasihi sesama muslim khususnya bahkan kepada seekor semut sekalipun.
    Mereka yang telah mengamalkan Tassawuf tidak mungkin bisa membela dan berbantahan (di forum ini/manapun) apalagi sampai menghujat kepada sesama muslim. karena sebenar-benarnya seorang sufi adalah mensucikan jiwanya dari sifat yang tercela serta sabar didalam ikhlas.
    Mereka yang tidak setuju dengan Tassawuf, maka Allah pun sayang kepada mereka karena mereka juga muslim yang sama-sama berpegang kepada warisan Rasululullah SAW.
    ttd: Hamba Fakir
      Aji Nur Syahid — 9 Juli 2011 @ 15:03
  63. assalamu,alaikum, sbaiknya kita smua kembali kepada inti islam,yakni kita smua bersaudara,,dan terapkan pungsi saudara kepada saudaranya, maka tidak akan trjadi debat perpecahan, jika anda merasa jalan anda bnar maka nasehatkanlah saudara anda yang anda rasa salah,jika anda kasih dan sayang pada saudara anda,,,maka bimbinglah dengan sgenap kemampuan anda.trima kash skian wassalam
      A mubarrak ahmad — 19 Juli 2011 @ 13:37
  64. Alhamdulillah… blog ini sangat bermanfaat khususnya buat saya… dan umumnya buat para pembaca… insya Allah… semoga Allah memaafkan kekurangan ilmu dan kesombongan hati… semoga menyelamatkan hati orang2 yang telah bersyadat….
      dwi — 26 Juli 2011 @ 23:30
  65. Apabila berselisih dlm perkara maka kembali kpd tali Allah > Al Qur’an dan Sunnah (kitabullah)
      Febri — 12 Agustus 2011 @ 12:56
  66. Sebenarnya Fiqh dan tasawuf adalah dua hal yang tak terpisahkan.. Fiqh adalah ilmu untuk mempelajari benar dan salahnya kita dalam beribadah sedangkan tasawuf adalah ilmu untuk mempelajari bagaimana menikmati ibadah yang kita jalani.. Jadi semua gak ada yang salah.. Semua yang diturunkan Dari Alloh kepada Rasul-Nya satupun tidak ada yang salah.. Yang salah adalah diri kita, pemikiran kita.. Janganlah memperdebatkan sesuatu yang kita sendiri bukan ahlinya.. Yang jelas ada dalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 17.. Silahkan dibaca dan dipahami betul..
      Abi — 18 Agustus 2011 @ 12:42
  67. pintar sebenarnya murokab,\sempit hati’,takabur,Ria,Thoma,dendam,banyak berbohong,mengungkit kesalahan orang lain (tidak sadar kesalahan diri), merasa hebat amal, lupa dosa (MENYEPELEKAN DOSA), ITULAH DIRI KITA . maka hal demikian akan menghalangi musyahadah, mukasyafah,
    tinggal kita berpikir.
      abdullah ubudiyah — 23 September 2011 @ 10:03
  68. Begini sauda2, ilmu shorof, nawh, fiqih,usul fiq, tauhid,tasauf,falaq ( mankulat), bayan bilaghoh,mantiq (mantek), Faroij , itu semuanya dari alquran dan al hadist cuma kita aja yang bodoh, pikiran kita sempit.
      abdullah ubudiyah — 23 September 2011 @ 10:14
  69. to setitik debu
    apabila memang anda punya niat yang tulus untuk menemukan mursyid sy bisa kasih tahu dimana dan keputusannya ada pada anda, pernah dengar tarekat Naqsyabandiyah khalidiyah ?? silahkan
      teguh — 26 September 2011 @ 15:16
  70. Terima kasih Mas Heri (komen No 26). Sangat mencerahkan orang awam yang salah kaprah.
    wasalam
      rahmad — 27 September 2011 @ 12:35
  71. Terima kasih Mas Heri (komen No 26). Sangat mencerahkan orang awam yang salah kaprah. Ya emang fakta banyak menyelisihi sunnah, bahkan pernah saya baca buku ahwaja yang berisi sebagian kaum sufi membolehkan hubungan sex ama hewan alias bestialitas, kan serem.
    wasalam
      rahmad — 27 September 2011 @ 12:40
  72. mas rahmad yang dimuliakan Alloh, insya Alloh ?? anda hanya berkomentar tapi saya yakin sebenarnya belum paham betul mengenai Tassawuf maka saya sarankan bacalah yang banyak baru komentar coba baca komentar mas aji no. 62 maaf ya salam,
    renungan : manusia yg lemah ini bs apa dihadapan Alloh swt apabila Alloh sudah menghentikan nafas kita, maka bersyukurlah disetiap tarikan dan hembusan nafas kita dengan menyebut Asma Alloh, itu sbagian pelajaran tassawuf yg intinya selalu mensyukuri nikmat dg hati/qolbu yg telah digembleng sehingga bisa menghilangkan Ke akuan atau egoisme yg bs menimbulkan sifat2 yg buruk : iri, dengki, dendam, sok tahu, sok pinter, sok kaya dll kalau orang jawa bilang ojo dumeh yang luas maknanya, hati orang bodoh ada dimulutnya dan mulut orang bijak ada dihatinya, semoga bisa membuka wacana yang lebih luas wassalam
      teguh — 27 September 2011 @ 22:22
  73. anak kecil yang baru belajar matematika tambah2an,,DILARANG KERAS baca rumus dan pelajaran kalkulus…!
      Yudas — 21 Oktober 2011 @ 22:20
  74. Assalamu’alikum,
    buat Pak Heris Wafii Anfusikum afalaa tubshiruun
      david — 29 Oktober 2011 @ 14:57
  75. Engkau adalah saudaraku. Darimanapun asalmu, apapun bangsamu, bahasamu, dan apapun warna kulitmu.
    Engkau adalah saudaraku. Sekalipun engkau tidak mengenalku, tidak juga ayah dan Ibuku. Engkau tidak pernah berkumpul bersamaku dalam satu rumah. Bahkan, tidak pernah kita hidup dibawah langit yang sama.
    jangan… janganlah sekalipun engkau membuat dirimu lelah dengn membahas asal kekturunan. Jangan memaksakan dirimu untuk membahas asal-usul bapak ataupun kakekmu. Dan janganlah membuatmu sedih karena kakekku yang pertama aatau kesepuluh bahkan yang ke seratus dan seterusnya tidak menyatukan diriku dengan dirimu kecuali dalam masa yang begitu jauh hingga sampai pada kedua ibu dan bapak kita (Nabi Adam dan Hawa). Suatu hari mereka makan buah terlarang , maka Allah menurunkan keduanya dari surga fidaus. itulah tali penghubung yang ada antara kita.
    Engkau adalah saudaraku. karena engkau seorang muslim . setelah itu aku tidak peduli lagi apakah engkau bangsa Arab, India, Persia, Turki/China/orang barat, atau orang timur atau apa saja keadaanmu. Sewmua itu adalah perbedaan-perbedaan yang membentang yang nilainya tiuada berarti bagiku. Engkau adalah saudaraku. Karena kita beribadah pada tuhan yang satu (Allahu Rabbul Alamin). Karena kita membaca kitab yang sama, karena kita pengikut Rasul yang sama, karena kita menghadap pada rumah yang sama dan kita berkumpul dalam rumah itu ditempat yang sama.
    Kemarilah wahai saudaraku yang kucintai, duduklah disampingku seperti duduknya saudar di samping saudaranya dan seperti seorang sahabat di samping sahabatnya, dan tidak boleh ada cela yang kulihat dalam dadmu yang tersimpan diantara tulang2 rusukmu seperti perasaan takut, harapan, kepedihan, kelezatan, gembira dan kebingungan. Demi Allah aku berada seperti yang engkau rasakan.
    Kemarilah wahai saudaraku yang tercinta, kita bekerja sama untuk mengibarkan bendera yang disucikan dan agung ini. Sehingga dapat dipandang dari ujung timur sampai ujung barat dunia ini dengan dada yang berdebar di ruang langit ini, maka bergabunglah orang yang telah di gtentukan oleh Allah SWT. baginya kebahagiaan didunia dan di Akhirat dan berpaling darinya bagi siapa saja yang telah ditentukan baginya kecelakaan, dan keadaannya termasuk golongan orang yang hancur.
    Dalam kesamaan kata diantara kita, dari hubungan ruh, kita berkumpul untuk bermusyawarah dalam urusan yang kita tentukan dan tujuan cita-cita yang kita sepakati, maka kita setuju terhadap kewajiban yang harus kita buat untuk mengembalikan kebahagiaan dan memperbaiki kembali bangunan yang tinggi yang telah hancur.
    Alangkan indahnya ucapan itu wahai saudaraku yang tercinta, betapa agungnya keikhlasanmu memancar dari wajahmu yang ceria, alangkah indahnya cintamu terdengar merdu dari suaramu yang lantang, betapa sucinya cita-citamu yang memancar keluar dari lubuk hatimu, betapa besar semangat gairahmu pada agama islam yang lurus ini.
    ya, …..disitu…., di balik samudera yang pasang bergelombang, dibalik lautan jihad yang tak terputus, dan kesabaran yang panjang, disana…, ditempat yang tinggi dan jau, kita akan mendapatkan barang yang kita cari selama ini dengan segera dalam dunia yang nyata, yang penuh dengan sinar kemuliaan dan keindahan.
    Dan dengan kekuatan tauhid, pikiran yang jernih, kepemimpinan yang kuat, niat yang ikhlas, rindu syahadah, merendahkan tututan nafsu, dan kesabaran yang panjang serta keyakinan yang kuat, maka akan berdirilah dengan tegak bangunan bahtera, yang dengannya kesuksesaan amal dan tercapainya cita-cita.
    Dan sesungguhnya waktu yang paling penting dalam kebangkitan kita adalah dimana bahtera itu memulai perjalannya yang besar dan mengibarkan bendera-benderannya seraya memanggil sambil mengumpulkan jamaah, maka berfirmanlah Allah Ta’ala yang artinya:
    \Dan (Nabi Nuh) berkata, naiklah kamu sekalian kedalamnya dengan menyebut nama Allah diwaktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang\. (QS. Hud : 41)
    (Mama Abullah bin Muhammad Nuh bin Muhammad Idris)
      rizky — 31 Oktober 2011 @ 17:28
  76. terimakasih
      muhtasib — 12 Nopember 2011 @ 07:05
  77. memang benar ternyata, orang Islam itu mudah terbakar jenggotnya…jkkkkkk, imamnya omong jangan berdebat, makmumnya masih aja berdebat, mau tasawuf, mau apa… nggak ada masalah, ingat, ina sholati wa nusuki wa maayaya wama mati…. dst
      yuswan — 29 Nopember 2011 @ 21:44
  78. I . O
      Aku — 15 Desember 2011 @ 19:55
  79. Bissmillahirrahmaanirrahiim
    Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh..
    Mudah2n semuanya dapat kebaikan dan Ridhlo Nya..
    Shalawat dan Salam bagi baginda nabi Muhammad seta para keluarga dan para sahabatnya dan seluruh pengikutnya yang hidup dan aupun yang sudah meninggalkan dunia…
    mudah2n berkah Allah selalu tercurah kepada RasulAllah dan kepada seuruh ummatnya dunia wal akhirat..
    Mudah2n kita bisa lolos dari godaan iblis serta syaitan yang selalu mengajak kepada kesesatan..
    Sebelumnya saya mau minta maaf…
    saya cuma mau ngomong :
    KOQ GA ADA YANG BACA BISSMILLAH DULU???
    ARTIKELNYA JUGA GA DI AWALI BISSMILLAH???
    KENAPA???
    KATANYA TASSAWUF????
    mohon maaf sebesar2nya…
    Wassalaualaikum warahmatullahiwabarokatuh..
      Saya — 17 Desember 2011 @ 20:46
  80. seolah olah islam tarekat yang paling benar, jadi begitu banyak kebenaran, lantas haruskah mengambil salah satu, atau tidak mengambil sama sekali lalu menyalahkan pendapat pemikiran lain, inikah islam yang rahmatan lil alamin itu? Jadi siapa yang benar bukan kah rasul mengatakan yang benar cuma yang ikut sunnahnya yang digambarkan dengan garis lurus di tanah dalam sebuah hadits, lalu cabang cabang yang banyak adalah yang salah dan sesat, jadi islam cuma satu ataukah banyak?
      tanya — 10 Januari 2012 @ 22:44
  81. assalamualaikum…
    bismilahirrohmanhirrohkhim
    alif lam mim
    Hanya allah lah yg tau artinya.y
    masyaallah,,,!!!
    wahai saudaraq seiman seagama,aq sangat terluka,kecewa dan malu dgn sikap kalian. inikah gambaran muslim zaman skrg?? barang siapa menyakiti/merendahkan saudaranya muslim maka sm saja dia melukai/merendahkan dirinya sendiri. knp kalian berbantah bantahan dan berdebat?? keyakinanmu tak hrs dipaksakn pd umat.bolehlah kalian berbagi pengalaman spiritual tp apa pantas memaksakan keyakinan dan persepsi pd org lain? bukankah nabi mengajarkan sopan santun,tepo seliro dan lemah lembut? walaupun yg disampaikannya itu benar dan hak. ibaratnya kalian itu berdikir dg iklas, apa itu tasawuf atau bukan. kan tergantung pd pemaknaan dr diri kalian masing2.saudaraq seiman seagama.. diatas kertas kita memperdebatkan keyakinan2,pemahaman2 atau pengalaman2.akan tetapi….
    diluar sana..masih banyak saudara saudara kita. sesama muslim sesama manusia.. terpuruk dalam kemiskinan,kebodohan,kezaliman dll.. knp kalian malah memperdebatkan kekuasaan allah swt?? jika kalian mengaku muslim,mengaku beriman,mengaku bertasawuf,bertarekat atau berakal pandai. bantulah saudara2mu dr jerat2 dunia,dr lumpur2 dosa… barulah kau tanamkan keyakinan yg km yakini benar. selama kalian duduk dan berdebat. banyak saudaramu tetanggamu tidak makan,terzalimi,terjerumus kenikmatan dunia dll..
    masihkan kalian akan mengaku muslim???
    wahai saudaraq seiman seagama..sungguh benar kata nabi muhammad saw “suatu hari umatq akan besar tp spt buih di lautan”
    astagfirulloh al adzim…
    kalian boleh bangga dg kecerdasan pemikiran2 kalian,kalian boleh bangga dg pengalaman2 atau pemahaman2 spiritual kalian.
    akan tetapi…
    kalian jangan lupa!! beribadah itu bkn untuk diri kalian sendiri.allah swt jg tidak mengukur amal perbuatan kalian tetapi hanya keridhoanNYA yg kita harapkan.
    allahu akbar…allahu akbar.. allahu akbar walilahilkam.
    wasalamualaikkum..
      jalalludin — 18 Januari 2012 @ 23:39
  82. kaIo ngigau yg jeIas napa
      buat jalalludin — 29 Januari 2012 @ 02:15
  83. lucu juga ya nyimaknya tapi yang pasti aku seorang pengikut tasyawuf meski dulunya aku menentangnya mungkin inilah nikmat yang d berikan Alloh kpd saya,dan mudah2an anak cucuku tetap mewarisi ilmu ini,karena saking nikmatnya sampai gk bisa d bayangkan ataupun d gambarkan…….kalo mnurut aku seorang tasyawuf tdk akan pernah marah jk d olok2an bahkan dg kata2 sesat,orang gila atau apa itu sdh biasa buat ujian tingkat keimanan kita,nabi kita saja gk marah d cemooh orang2 jahiliyah malah kalo sakit d jenguknya,itulah suri teladan buat kita,yang pasti kalo mash marah brarti masih belum bersih hatinya…kita ibaratkan ANJING MENGGONGGONG KAFILAH BERLALU…..maju terus buat sahabatku yg mengikuti ajaran tasyawuf….maju dan maju jangan hiraukan kanan kiri jika kita mau menuju Nur Illahi……
      nashiruddin — 30 Januari 2012 @ 03:48
  84. Wa’alikummussalaam Warahmatullahi Wabarakaatuh.
    untuk Mas teguh No. 27 27 September 2011 @ 22:22
      Aji — 6 Februari 2012 @ 15:20
  85. Siapa yg mengenal Dirinya, Niscaya akan Mengenal TUHANnya. Dan janganlah kalian mengikuti sesuatu dimana kalian tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Yang namanya Kebenaran tidak perlu lagi diperdebatkan karena jangan sampai justru pemahaman kalianlah yang mengaburkan nilai yang sebenarnya. Semoga Allah SWT, MeRidhoi orang-orang yang ber IJTIHAD dalam pencarian Haqqul Yakin. Amin
      A. Wahyudi — 11 Februari 2012 @ 15:51
  86. apakah sufi boleh maen internet ?
      pontianak — 23 Februari 2012 @ 21:06
  87. Ass wr wb
    Hahaha kalo ada yg disini berarti bukan sufi
    mungkin baru belajar dan hanya mengenal sedikit tentang tasawuf,
    sebelum belajar tasawuf dengan sungguh2 mesti mnguasai ilmu fiqih biar ga gampang disesatkan syetan, dan mesti sudah mantap syariat nya, yah kira2 umur 40 thn an lah bisa buat siap mnjalani tasawuf dengan sungguh2 (ga berarti belajar/mengenal/melatih ga boleh dari sekarang.)
    memang mesti diakui banyak yang tadinya mengejar tasawuf kemudian menjadi menyimpang/disesatkan setan, itu adalah realita dan hal itu condong disebabkan kurang mantapnya fiqih dan syariah serta belum siap jiwa dan mental.
    lebih jauh kita mengenal tasawuf maka ga nanggung2 lebih besar pula godaan syetan nantinya, hingga akhirnya benar2 disesatkan. hati2 jika anda belum siap, yang penting sekarang pertebal dulu syariat dan fiqih.
    jika anda ingin mengetahui seperti apa seorang tasawuf ya lihatlah para wali,atau alim ulama yg sudah tidak peduli lagi dengan kemewahan dunia, seperti itu, dan klo ada yang menganggap tasawuf itu gampang, ato menganggap dirinya sufi, mohon koreksi lagi, masa toh ada org yang bilang “saya tasawuf/sufi” (yang artinya deklarasi “saya sudah mensucikan diri”) hahahaha
    klo ada yang menjual dakwah apapun alasannya, bukan/belum pula tasawuf/sufi, mungkin mereka mengetahui ilmunya, tp tidak, org yg benar2 tasawuf tidak akan menganggap dirinya sudah bersih/mensucikan dirinya.
      Aku — 2 Maret 2012 @ 01:27
  88. Sekedar curhat,
    saya orang yang pernah hampir gagal, sebelum akhirnya saya menarik diri dan menyatakan diri saya belum siap, pernah mengalami pengalaman spiritual yg didalamnya sungguh banyak hal2 yang bisa menyesatkan jika tidak didasari ilmu fiqih yang kuat, banyak pengalaman spiritual yg terasa seperti benar dan dapat dibenarkan, tetapi ternyata setelah saya menengok ke dalam fiqih WOW bisa2 menjerumuskan, dan menyesatkan, seperti itulah yg pernah saya alami dan akhirnya menarik diri dengan pertimbangan fiqih saya belum mantap, dan sampai sekarang saya masih merasa belum siap.
    ALhamdulillah saya masih diberi cahaya sebelum benar2 terjerumus.
      Aku — 2 Maret 2012 @ 02:18
  89. Assalamualaikum….
    tukar pendapat ok….
    DEBAT NO!!!!!!!!!!!
      getjol — 4 Maret 2012 @ 16:13
  90. ass…
    perdebatan memicu nafsu kalian saudara2ku dan iblis pun semakin tersenyum melihat ente enta bertengkar…. apakah kalian semua merasa benar??? sehingga membenarkan yg belum tentu benar!!!???? dan menyalahkan atw mengkafirkan atw bi’dah lah dan segala macam????? mengenai tentang kebenaran khan ada dalam diri kalian masing2!!!! kenallah ALLAH.SWT agar kalian semua tdk lagi permasalahkan sesuatu yg tdk seharusnya di permasalahkan krn manusia gak mampu menemukan kebenaran jika SAUDARA tdk mengenali ALLAH.SWT .
    wassalam
      matalangit — 7 Maret 2012 @ 05:09
  91. Sabda Rasulullah saw :
    Sungguh sebesar - besar kejahatan muslimin pada muslimin lainnya, adalah yang bertanya tentang hal yang tidak diharamkan atas muslimin, menjadi diharamkan atas mereka karena pertanyaannya
    (Shahih Muslim hadits No.2358, dan juga teriwayatkan pada Shahih Bukhari).
    Bersatulah para saudara2 muslim…!!!
    Jangan bercerai berai melalui pemikiran pribadi…!!!
      ANS — 12 Maret 2012 @ 14:15
  92. Kelebihan menuntut ilmu batin / TASAWWUF di antarax adalah tidak akan mengkafirkan orang lain…….n siapa bilang orang yang berjalan di ilmu ini ga bersyariat…….malahan dengan syariat lebih mengantarkan orang SUFI / TASAWWUF untuk sampai kehadirat TUHAN NYA
      AbdurrahmanSufi — 21 Maret 2012 @ 20:27
  93. Ass wr wb. umpat bakasak nah
    Pina rami banar di sini handakai nah malihat tulisan nang baik jd kawa jua di turuti…was wr wb.
      rahman — 28 Maret 2012 @ 23:27
  94. kabeh kok debat.menunjukkan kurangnya iman…………………………. kridane ati ra biso mbedah maksutte gusti ALLOH
      ngatimo — 6 April 2012 @ 18:18
  95. AMAN DAN BAHAGIA DIRI BERPEGANG PADA DUA WASIAT NABI, ALQURAN DAN SUNNAH NABI ( MAKA SAAT INI KITA BERPIJAK DAN BERPEGANG PADA HAL HAL YANG BENAR BENAR DATANG DARI NABI ) INSYA ALLAH LEBIH AMAN DAN BAHAGIA, DUNIA DAN AKHIRAT.
      lapar — 22 April 2012 @ 10:29
  96. Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang.
    ???? ????? ???????? ????? ??????????? ?????????? ???????? ?????? ??????????? ?????????
    Katakanlah (hai Muhammad): Biarlah setiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing, karena Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih lurus (jalan yang ditempuhnya). (Al-Isra : 84)
    ….????? ????????? ?????????? ???? ??????? ??????? ??????
    .janganlah kamu merasa sudah bersih, Dia (Allah) lebih mengetahui siapa yang bertaqwa. (An-Najm : 32)
    Segala puji bagi Allah seru sekalian alam, shalawat dan salam terlimpah atas penghulu manusia, yang terdahulu dan yang terakhir, yakni junjungan kita Nabi Muhammad saw., juga atas segenap keluarganya yang suci dan para sahabatnya yang mulia sampai hari kemudian.
    Alhamdulillah dengan adanya situs Web ini Mudah-mudahan cukup untuk menjelaskan dalil-dalil amalan yang dikerjakan oleh golongan ahlus Sunnah wal jamaah dan amalan yang sering diteror oleh golongan pengingkar, misalnya tawassul/tabarruk, taklid imam madzhab, ziarah kubur, peringatan2 keagamaan, majlis dzikir dan lain sebagainya.
    Tidak lain tujuan penulis, adalah untuk membuka pikiran kita kaum muslimin agar tidak saling cela mencela antara satu golongan madzhab dengan golongan madzhab lainnya. Pembahasan mengenai semua makalah yang tercantum di website ini sama sekali tidak bermaksud hendak membuka perdebatan atau polemik, tidak lain bermaksud menyampaikan dalil-dalil yang dijadikan hujjah oleh kaum muslimin yang menjalani amalan-amalan seperti; tawassul, tabarruk, peringatan-peringatan keagamaan dan lain sebagainya.
    Pada akhir-akhir ini sebagian golongan umat Islam yang mengklaim dirinya telah menjalankan syariat (agama) paling benar, paling murni, pengikut para Salaf Sholeh dan menuduh serta melontarkan kritik tajam sebagai perbuatan sesat dan syirik kepada sesama muslim, bahkan sampai berani mengkafirkannya, hanya karena perbedaan pendapat dengan melakukan ritual-ritual Islam seperti ziarah kubur, berkumpul membaca tahlil/yasinan untuk kaum muslimin yang telah meninggal, berdoa sambil tawassul kepada Nabi saw. dan para waliyyullah/sholihin, mengadakan peringatan keagamaan diantaranya maulidin/kelahiran Nabi saw., pembacaan Istighotsah, dan sebagainya. Bahkan ada yang sampai berani mengatakan bahwa pada majlis-majlis peringatan keagamaan tersebut adalah perbuatan mungkar karena didalamnya terdapat, minuman khamar (alkohol), mengisap ganja dan perbuatan-perbuatan munkar lainnya. Golongan yang sering mengatakan dirinya paling benar itu tidak segan-segan menuduh orang dengan fasiq, sesat, kafir, bidah dholalah, tahrif Al-Qur’an (merubah al-Quran) dan tuduhan-tuduhan keji lainnya. Ini fitnahan yang amat keji dan membuat perpecahan antara sesama muslim.
    Alasan yang sering mereka katakan bahwa semuanya ini tidak pernah dilakukan oleh Rasulallah saw., atau para sahabat, dengan mengambil dalil hadits-hadits dan ayat-ayat Al Quran ?yang menurut paham mereka? bersangkutan dengan amalan-amalan tersebut. Padahal ayat-ayat ilahi dan hadits Rasulallah saw. yang mereka sebutkan tersebut ditujukan untuk orang-orang kafir dan orang-orang yang membantah, merubah dan menyalahi serta menentang perintah Allah dan Rasul-Nya.
    Golongan pengingkar ini sering mengatakan hadits-hadits mengenai suatu amalan ?yang bertentangan dengan pahamnya? itu semuanya tidak ada, palsu, lemah, terputus dan lain sebagainya, walaupun hadits-hadits tersebut telah dishohihkan oleh para pakar hadits. Begitu juga bila ada ayat Ilahi dan hadits yang maknanya sudah jelas ?tidak perlu ditafsirkan lagi? serta makna ini disepakati oleh para pakar islam dan oleh sebagian ulama dari golongan pengingkar ini sendiri, mereka dengan sekuat tenaga akan merubah makna ayat dan hadits ini ?bila berlawanan dengan paham golongan ini? sampai sesuai/sependapat dengan pahamnya. Disamping itu golongan pengingkar ini akan mentakwil (menggeser arti) omongan ulama mereka yang menyetujui arti dari ayat ilahi dan hadits itu sampai sesuai dengan paham mereka. Oleh karenanya banyak pakar hadits dari berbagai madzhab mencela dan mengeritik kesalahan golongan pengingkar yang sudah jelas itu. Para pembaca bisa meneliti dan menilai sendiri nantinya apa yang tercantum dalam website dihadapan anda ini.
    Kita semua tahu bahwa firman Allah swt. (Alquran) yang diturunkan pada Rasulallah saw. itu sudah lengkap tidak satupun yang ketinggalan dan dirubah. Bila ada orang yang mengatakan bahwa kalimat-kalimat/tekts yang tertulis didalam Alquran telah dirubah dan lain sebagainya, maka ia telah meragukan kekuasaan Allah swt., karena Dia telah berfirman yang artinya: ‘Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-qur’an dan Kamilah yang menjaganya (QS.Al-Hijr:9). Seandainya Al-Qur’an tidak dijamin oleh Allah swt., tentu al-qur’an juga sudah berubah, sebagaimana kitab-kitab suci sebelumnya. Lain halnya dengan hadits Rasulallah saw, ini tidak ada jaminan dari Allah swt., sehingga banyak diketemukan hadits-hadits palsu, sehingga para pakar hadits harus meneliti setiap hadits.
    Masalah haram atau halal suatu amalan itu, telah diterangkan dalam syariat islam dengan jelas. Bila tidak ada keterangan yang jelas untuk suatu masalah, para ulama akan menilai dan meneliti amalan itu, apakah amalan itu sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat yang telah digariskan oleh Allah swt. dan Rasul-Nya.
    Bila amalan tersebut tidak bertentangan dengan syariat, malah sebaliknya banyak hikmah dan manfaat bagi ummat muslimin khususnya, maka para ulama ini tidak akan mengharamkan amalan tersebut, malah justru menganjurkan/mensarankan agar diamalkannya oleh muslimin. Karena mengharamkan atau menghalalkan suatu amalan harus mengemukakan nash-nash yang khusus untuk masalah itu. Apalagi amalan-amalan dzikir yang masih ada dalilnya ?baik secara langsung maupun tidak langsung? yang semuanya mengingatkan kita kepada Allah swt. dan Rasul-Nya serta bernafaskan tauhid. Umpamanya, kumpulan/majlis dzikir (tahlilan, istighotsah, kumpulan majlis dzikir secara jahar, peringatan keagamaan ..), ziarah kubur, bertawasul dalam doa, bertabarruk dan lain sebagainya. Tidak ada alasan orang untuk mengharamkannya. Jadi dalil-dalil yang mereka sebutkan untuk melarang amalan-amalan yang dikemukakan tadi tidak tepat, karena hal itu termasuk kategori dzikir kepada Allah swt. dan merupakan perbuatan kebaikan. Dan semua perbuatan baik dengan cara apapun ?asal tidak melanggar dan menyalahi perintah Allah dan Rasul-Nya yang telah digariskan dalam syariat? malah dianjurkan oleh agama. Jika amalan-amalan yang telah dikemukakan itu dilarang, tidak disenangi dan dianggap sebagai perbuatan bidah dholalah (sesat), bagaimana dengan majlis yang tanpa di-iringi dengan dzikrullah dan shalawat pada Nabi saw. seperti berkumpulnya kaum muslimin disuatu tempat hanya sekedar ngobrol-ngobrol saja ?
    Yang lebih mengherankan, para ulama golongan pengingkar amalan-amalan tadi, berani menvonis bahwa amalan-amalan itu bidah munkar, sesat, syirikdan lain sebagainya. Kalau seorang ulama sudah berani memfitnah seperti itu, apalagi orang-orang awam yang membaca tulisan tersebut justru lebih berbahaya lagi, karena mereka hanya menerima dan mengikuti tanpa tahu dan berpikir panjang mengenai kata-kata ulama tersebut. Perbedaan pendapat antara kaum muslimin itu selalu ada, tetapi bukan untuk dipertentangkan dan dipertajam dengan saling mensesatkan dan mengkafirkan satu dengan yang lainnya. Pokok perbedaan pendapat soal-soal sunnah, nafilah yang dibolehkan ini hendaknya dimusyawarahkan oleh para ulama kedua belah pihak. Karena masing-masing pihak sama-sama berpedoman pada Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah Rasulallah saw. (hadits), namun berbeda dalam hal penafsiran dan penguraiannya (sudut pandang mereka).
    Janganlah setelah menafsirkan dan menguraikan ayat-ayat Allah dan hadits Nabi saw. mengecam, menyalahkan atau berani mensesatkan/mengkafirkan kaum muslimin dan para ulama dalam suatu perbuatan, karena tidak sepaham dengan madzhabnya. Orang seperti ini sangatlah fanatik dan extreem yang menganggap dirinya paling benar dan paham sekali akan dalil-dalil syariat, menganggap kaum muslimin dan para ulama yang tidak sependapat dengan mereka, adalah sesat, bodoh dan lain sebagainya. Kami berlindung pada Allah swt, dalam hal tersebut. Allah Maha Mengetahui hamba-Nya yang benar jalan hidupnya. Ingat firman Allah swt. diatas (Al-Isra[17] : 84 dan An Najm [53] : 32) dan ayat-ayat yang semakna.
    Kita boleh mengeritik atau meluruskan suatu golongan muslimin, bila golongan ini sudah jelas benar-benar menyalahi dan keluar dari garis-garis syariat Islam. Umpama mereka meniadakan kewajiban sholat setiap hari, menghalalkan minum alkohol, makan babi dan lain sebagainya, yang mana hal ini sudah jelas dalam nash bahwa sholat itu wajib, minum alkohol dan makan babi itu haram. Begitu juga kita boleh mengeritik/meluruskan suatu golongan muslimin yang meriwayatkan hadits tentang tajsim/penjasmanian atau penyerupaan/ tasybih Allah swt sebagai makhluk-Nya (Umpama; Allah mempunyai tangan, kaki, wajah secara hakiki atau arti yang sesungguhnya), karena semua ini tidak dibenarkan oleh para pakar Islam, karena hadits tersebut bertentangan dengan firman Allah swt. yang mengatakan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya dan sebagainya, baca surat Asy-Syuura [42] : 11: surat Al-Anaam [6] : 103; dan surat Ash-Shaffaat [37] : 159 dan ayat-ayat lain yang semakna. Dengan demikian perbedaan pendapat antara golongan muslimin yang sudah jelas dan tegas melanggar syariat Islam inilah yang harus diselesaikan dengan baik antara para ulama setiap golongan tersebut. Jadi bukan dengan cara tuduh menuduh, cela-mencela antara setiap kaum muslimin.
    Pernah terjadi yaitu pengalaman seorang pelajar di kota Makkah yang berceritera bahwa ada seorang ulama tunanetra ?yang suka menyalahkan dan juga mengenyampingkan ulama-ulama lain yang tidak sepaham dengannya? mendatangi seorang ulama yang berpendapat tentang jaiznya/bolehnya melakukantakwil (penggeseran arti) terhadap ayat-ayat mutasyabihat/ samar seperti ayat: Yadullah fauqo aidiihim (tangan Allah diatas tangan mereka), Tajri bi ayunina ( [kapal] itu berlayar dengan mata Kami) dan lain sebagainya. Ulama yang membolehkan tawil itu berpendapat bahwa kata tangan pada ayat itu berarti kekuasaan (jadi bukan berarti tangan Allah swt secara hakiki/sebenarnya) sedangkan kata mata pada ayat ini berarti pengawasan.
    Ulama tunanetra yang memang tidak setuju dengan kebolehan menakwil ayat-ayat mutasyabihat diatas itu langsung membantah dan mengajukan argumentasi dengan cara yang tidak sopan dan menuduh pelakuan takwil sama artinya dengan melakukan tahrif (perubahan) terhadap ayat Al-Quran. Ulama yang membolehkan takwil itu ?setelah didamprat habis-habisan? dengan tenang memberi komentar: Kalau saya tidak boleh takwil, maka anda akan buta di akhirat. Ulama tunanetra itu bertanya: Mengapa anda mengatakan demikian?. Dijawab : Bukankah dalam surat alIsra ayat 72 Allah swt berfirman: Barangsiapa buta didunia, maka di akhirat pun dia akan buta dan lebih tersesat dari jalan yang benar.
    Kalau saya tidak boleh takwil, maka buta pada ayat ini pasti diartikan dengan buta mata dan tentunya nasib anda nanti akan sangat menyedihkan yakni buta diakhirat, karena didunia ini anda telah buta mata (tunanetra). Karenanya bersyukurlah dan hargai pendapat orang-orang yang membolehkan takwil sehingga kalimat buta pada ayat diatas ?menurut mereka? diartikan dengan: buta hatinya jadi bukan arti sesungguhnya yaitu buta matanya. Ulama yang tunanetra itu akhirnya diam membisu, tidak memberikan tanggapan apa-apa”.
    Alangkah baiknya jika perbedaan paham antara kaum muslimin ini diselesaikan dengan berdialog yang baik ! Allah swt. berfirman dalam surat An-Nahl ayat 125 : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
    Sebagai ummat yang terbaik, kita tentu tidak ingin tercerai berai hanya lantaran berbeda pandangan dalam beberapa masalah yang tidak prinsipil. Kalau kita teliti lebih dalam ajaran-ajaran Islam, maka kita akan temukan persamaan diantara golongan masih jauh lebih banyak daripada perbedaan dalam menafsirkan ajaran-ajaran Islam tersebut. Tapi kenyataan yang terjadi justru perbedaan yang tidak banyak itulah yang sering diperuncing dan ditampakkan sementara persamaan yang ada malah disembunyikan.
    Mari kita perhatikan hadits-hadits Nabi saw berikut ini :
    Rasulallah saw. bersabda:
    ???? ???????? ??????? ???????? ???????? ????????? ???????? ????? ??????
    ??? ???????? ????, ????? : ????? ????? ?????? ???? ??????????????? ????? ???????? ?????? ??????????.
    Artinya: Tidak ada seorangpun diantara kamu yang akan masuk surga lantaran amal ibadahnya. Para sahabat bertanya: Engkau juga tidak wahai Rasulallah? Nabi menjawab: Saya juga tidak, kecuali kalau Allah melimpah kan kepadaku karunia dan rahmat kasih sayang-Nya . (HR. Muslim)
    Juga sabda Nabi saw dalam hadits yang lain:
    ???????? ???????? ????????? ?????????? ?? ??????????? ?????????? ????????
    ??????????? ????????? ??????????? ?????????? ??????? ???????????????????? ?????????
    Artinya:Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makanan, sambungkanlah hubungan persaudaraan dan dirikanlah sholat ditengah malam niscaya kalian akan masuk surga dengan penuh keselamatan.
    Memahami hadits diatas ini maka kita akan seharusnya bertanya; Apakah mungkin karunia dan rahmat kasih sayang Allah swt. akan dilimpahkan kepada kita sementara perbedaan yang kecil dalam masalah ibadah sunnah senantiasa kita perbesar dengan saling mengejek, mengolok-olok, men- fitnah, mensesatkan, saling melukai bahkan saling bunuh.?
    Kunci untuk masuk surga tidaklah cukup dengan hanya melakukan shalat tengah malam saja, tapi harus ada upaya untuk menyebarkan salam, memberi bantuan dan menyambung tali persaudaraan. Tanpa adanya tiga upaya ini, maka sebagian kunci surga kita telah terbuang. Bukankah perbedaan paham disikapi dengan saling sesat menyesatkan satu sama lain, sudah tentu, akan mengakibatkan munculnya permusuhan, membikin kesulit an dan memutuskan tali persaudaraan. Menuduh, mengolok-ngolok kaum muslimin dengan tuduhan dan memberi gelar yang sangat buruk seperti bidah dholalah, laknat atau syirik ini sama dengan kufur.
    Kalau memang dakwah golongan yang suka mengolok-olok ini senantiasa berdasarkan Al-Quran, mengapa mereka melanggar tuntunan Al-Quran dalam surat Al-Hujurat ayat 11 yang artinya:
    Wahai orang-orang yang beriman, janganlah satu kelompok mengolok olok kelompok yang lain karena bisa jadi mereka yang diolok-olok itu justru lebih baik dari mereka yang mengolok-olok. Janganlah pula sekelompok wanita mengolok-olok kelompok wanita yang lain karena bisa jadi kelompok wanita yang diolok-olok justru lebih baik dari kelompok wanita yang mengolok-olok. Janganlah kalian mencela sesamamu dan janganlah pula kalian saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Sejelek-jelek sebutan sesudah beriman adalah sebutan fasiq. Karenanya siapa yang tidak bertobat (dari semua itu), maka merekalah orang-orang yang dzalim.
    Begitu juga kalau dakwah golongan tersebut senantiasa berdasarkan kepada hadits Nabi saw yang shahih, lalu mengapa mereka melanggar beberapa hadits shahih diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim:
    ?????????? ???????????? ??????????????? ??????? ???????? ???????
    Artinya: Seorang mukmin itu terhadap mukmin yang lain adalah laksana bangunan, yang sebagiannya mengokohkan sebagian yang lain
    Hadits lainnya riwayat Bukhori dan Muslim dari Ibnu Umar, yang katanya, Rasulallah saw. bersabda:
    ? ????? ????? (?) ????? : ????? ???????? ?????.??.: ????? ????? ????????? ?????????: ??????????!
    ?????? ????? ????? ?????????? ?????? ???? ????? ????? ?? ?????? ???????? ?????????.
    ArtinyaBarangsiapa yang berkata pada saudaranya hai kafir kata-kata itu akan kembali pada salah satu diantara keduanya. Jika tidak (artinya yang dituduh tidak demikian) maka kata itu kembali pada yang mengucapkan (yang menuduh).
    Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Bukhori :
    ???? ?????? ???? ??? ?????? ?????? ????? ????????????? ??????????? ?? ?????? ?????????? ?? ??????
    ???????????? ?????? ?????????? ???? ??? ???????????? ?????????? ??? ????? ???????????
    Artinya: Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, menganut kiblat kita (kabah), shalat sebagaimana shalat kita, dan memakan daging sembelihan sebagaimana sembelihan kita, maka dialah orang Islam. Ia mempunyai hak sebagaimana orang-orang Islam lainnya. Dan ia mempunyai kewajiban sebagaimana orang Islam lainnya.
    Hadits riwayat At-Thabrani dalam Al-Kabir ada sebuah hadits dari Abdullah bin Umar dengan isnad yang baik bahwa Rasulallah saw.pernah memerintahkan:
    ???????? ???? ????? (??? ??????? ?????? ?????) ??? ?????????????? ???????? ????? ?????????
    ????? ?????????????? ???? ??????????? ????????.
    Artinya: Tahanlah diri kalian (jangan menyerang) orang ahli Laa ilaaha illallah (yakni orang Muslim). Janganlah kalian mengkafirkan mereka karena suatu dosa. Dalam riwayat lain dikatakan: Janganlah kalian mengeluarkan mereka dari Islam karena suatu amal ( perbuatan).
    Hadits riwayat Bukhori, Muslim dari Abu Dzarr ra. telah mendengar Rasulallah saw. bersabda:
    ?????? ???? ????? (?) ??????? ?????? ???????? ????? .??. ???????? :
    ???? ????? ??????? ??????????? ??? ?????:
    ??????? ????? ???????? ???????? ?????? ????? ????????(???? ??????? ? ????)
    Siapa yang memanggil seorang dengan kalimat Hai Kafir, atau musuh Allah, padahal yang dikatakan itu tidak demikian, maka akan kembali pada dirinya sendiri.
    Hadits riwayat Bukhori dan Muslim dari Itban bin Malik ra berkata:
    ?????? ????????? ????? ??????? (?) ??? ?????????? ??????????? ????????????? ??????? ??????????? ??? ????? ?????????????????? ????? :
    ????? ????????? .??. ????????? ???????:
    ?????? ???????? ???? ??????????? ? ??????? ??????: ??????? ?????????, ??? ??????? ????? ????? ?????????, ??????? ?????????? .??. :
    ????????? ???????, ????? ??????? ???? ?????: ??? ?????? ?????? ????? ???????? ????????? ?????? ????? ??????? ????? ??? ??????? ????? ????????
    ???? ????? : ??? ?????? ?????? ????? ????????? ????????? ?????? ???? (???? ??????? ? ????)
    Artinya: Ketika Nabi saw. berdiri sholat dan bertanya: Dimanakah Malik bin Adduch-syum? Lalu dijawab oleh seorang: Itu munafiq, tidak suka kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka Nabi saw. bersabda: Jangan berkata demikian, tidakkah kau tahu bahwa ia telah mengucapkan Lailahaillallah dengan ikhlas karena Allah. Dan Allah telah mengharamkan api neraka atas orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan ikhlas karena Allah .
    Dari Zaid bin Cholid Aljuhany ra berkata: Rasulallah saw. bersabda;
    ???? ?????? ????? ??????? ??????????????(?) ?????: ????? ???????? ????? .?? . ??? ??????????
    ????????? ????????? ???????? ??????????? (???? ???????)
    Jangan kamu memaki ayam jantan karena ia membangunkan untuk sembahyang. (HR.Abu Daud).
    Binatang yang dapat mengingatkan manusia untuk sholat shubuh yaitu berkokoknya ayam jago pada waktu fajar telah tiba itu tidak boleh kita maki/cela, bagaimana dengan orang yang suka mencela, mensesatkan saudaranya yang mengadakan majlis dzikir, yang disana selalu didengungkan kalimat-kalimat ilahi, sholawat pada Nabi saw.. serta pujian-pujian pada Allah swt. dan Rasul-Nya, yang semuanya ini tidak lain bertujuan untuk mengingatkan serta mendekatkan diri pada Allah swt. agar menjadi hamba yang mencintai dan dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya?
    Hadits riwayat Bukhori, Muslim dari Abu Hurairah ra telah mendengar Rasulallah saw bersabda :
    ?????? ????? ?????????? (?) ?????? ?????? ??????????.??. ????????:
    ????? ????????? ????????????? ???????????? ??? ??????????? ??????? ??????? ????? ????? ????????
    ???????? ?????? ?????? ?????????? ???????????? (???? ??????? ?????)
    Artinya: Sungguh adakalanya seorang hamba berbicara sepatah kata yang tidak diperhatikan, tiba-tiba ia tergelincir ke dalam neraka oleh kalimat itu lebih jauh dari jarak antara timur dengan barat”. (HR.Bukhori dan Muslim)
    Memahami hadits ini kita disuruh hati-hati untuk berbicara, karena sepatah kata yang tidak kita perhatikan bisa menjerumuskan kedalam api neraka. Nah kita tanyakan lagi, bagaimana halnya dengan seseorang yang sering mencela, mensesatkan golongan muslimin yang selalu mengadakan majlis dzikir, peringatan-peringatan agama yang didalam majlis-majlis tersebut selalu dikumandangkan tasbih, tahmid, sholawat pada Nabi saw. dan lain sebagainya ? Pikirkanlah !
    Didalam surat An-Nisaa [4]: 94 artinya; Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan salam kepadamu Kamu bukan seorang mukmin (lalu kamu membunuhnya).. sampai akhir ayat.
    Lihat ayat ini dalam waktu perang pun kita tidak boleh menuduh atau mengucapkan pada orang yang memberi salam (dimaksud juga orang yang mengucapkan Lailaaha illallah) sebagai bukan orang mukmin sehingga kita membunuhnya.
    Perintah Allah swt. (dalam surat Toha ayat 43-44) kepada Nabi Musa dan Harun -alaihimassalam- agar mereka pergi keraja Firaun ?yang sudah jelas kafir dan melampaui batas? untuk mengucapkan kata-kata yang lunak/halus terhadapnya, barangkali dia (Firaun) bisa sadar/ingat kembali dan takut pada Allah swt. Untuk orang kafir (Firaun) saja harus berkata halus apalagi sesama muslim.
    Masih banyak riwayat yang melarang orang mencela, mengkafirkan sesama muslimin yang tidak dikemukakan disini. Jelas buat kita dengan adanya ayat al-Quran dan hadits-hadits Rasulallah saw. diatas, kita bisa bandingkan sendiri bagaimana tercelanya orang yang suka menuduh sesat, kafir, syirik terhadap sesama musliminnya. Begitu juga orang yang suka mencela, mensesatkan satu madzhab ?selama madzhab ini tidak keluar dari akidah yang telah digariskan oleh syariat islam? selain madzhabnya, karena tidak sepaham dengan madzhabnya, Sebab tuduhan ini sangat berbahaya. Nabi saw. menyuruh agar kita harus berhati-hati dan tidak sembarangan untuk berbicara, yang mana ucapan itu bisa mengantarkan kita keneraka. Wallahu a’lam.
    Makalah dihadapan para pembaca ini , akan menjawab seputar masalah Bidah (masalah baru), Tawassul, Tabarruk dan sebagainya, yang penulis kutip dan kumpulkan bagian-bagian yang penting saja dari keterangan dan tulisan para ulama. Insya Allah akan lebih jelas bagi kita untuk bisa membedakanbidah dholalah yang dilarang dan bidah hasanah, begitu juga amalan-amalan mana yang diridhoi oleh Allah dan Rasul-Nya.
    Sumber-sumber isi website ini kami kutip dan kumpulkan dari kitab-kitab: Kitab Riyadhus Sholihin; Kitab At-Taj Al-Jaami Lil Ushuuli Fii Ahaadititsir Rasuuli oleh Syeikh Manshur Ali Nashif Al-Husaini; Kitab Fiqih Sunnah oleh Sayyid Sabiq; Kitab Keagungan Rasulallah saw. dan Keutamaan Ahlul Bait oleh Almarhum H.M.H.Al-Hamid Al-Husaini ; kitab Keutamaan Keluarga Rasulallah saw. oleh Almarhum K.H.Abdullah bin Nuh ; kitab Pembahasan Tuntas Perihal Khilafiyah oleh Almarhum H.M.H Al-Hamid Al-Husaini; kitab Argumentasi Ulama Syafiiyah oleh Ustadz H.Mujiburrahman, kitab Shalat bersama Nabi saw. oleh Syeikh Hasan bin Ali As-Saqqaf ; Kitab Asbabun Nuzul dan Hadits Pilihan -sebagai penyusunnya saudara Syamsuri Rifa’i dan Ahmad Muhajir ; Fiqh Klenik oleh M.Rdihwan Qoyyum Sa’id dan kitab-kitab lainnya; dari situs Abusalafy dan website-website lainnya.
      M ali — 22 April 2012 @ 20:52
  97. Memonopoli ajaran Tauhid dan pengkafiran terhadap para ulama
    Sekte Wahabi mengaku sebagai satu-satunya pemilik ajaran Tauhid yang bermula dari imam mereka, Muhamad bin Abdul Wahhab. Dengan begitu akhirnya mereka tidak mengakui konsep Tauhid yang dipahami oleh ulama muslimin selain sekte Wahabi dan pengikutnya. Kini kita akan melihat beberapa tekts yang dapat menjadi bukti atas pengkafiran Muhamad bin Abdul Wahhab terhadap para ulama, kelompok dan masyarakat muslim selain pengikut sektenya. Kita akan menjadikan buku karya Abdurrahman bin Muhammad bin Qosim al-Hanbali an-Najdi yang berjudul Ad-Durar as-Saniyah sebagai rujukan kita. Beberapa ungkapan Muhamad bin Abdul Wahhab ,berikut ini, yang berkaitan dengan dakwaannya atas monopoli kebenaran konsep Tauhid versinya, dan menganggap selain apa yang dipahami sebagai kebatilan yang harus diperangi:
    Dahulu, aku tidak memahami arti dari ungkapan Laailaaha illallah. Kala itu, aku juga tidak memahami apa itu agama Islam. (Semua itu) sebelum datangnya anugerah kebaikan yang Allah berikan (kepadaku). Begitu pulapara guru (ku), tidak seorangpun dari mereka yang mengetahuinya. Atas dasar itu, setiap ulama al-Aridh yang mengaku memahami arti Laailaaha illallah atau mengerti makna agama Islam sebelum masa ini (yakni sebelum masa anugerah Allah kepada Muhamad bin Abdul Wahhab, red) atau ada yang mengaku bahwa guru-gurunya mengetahui hal tersebut, maka ia telah melakukan kebohongan dan penipuan. Ia telah mengecoh masyarakat dan memuji diri sendiri yang tidak layak bagi dirinya. (Lihat: Ad-Durar as-Saniyah jilid 10 hal. 51 ).
    Dengan ungkapannya itu Muhamad Abdul Wahhab mengaku hanya dirinya sendiri yang memahami konsep tauhid dari kalimat Laailaaha illallah dan telah mengenal Islam dengan sempurna. Dia menafikan pemahaman ulama dari golongan manapun berkaitan dengan konsep Tauhid dan pengenalan terhadap Islam, termasuk guru-gurunya sendiri dari madzhab Hanbali, apalagi dari madzhab lain. Dia menuduh para ulama lain yang tidak memahami konsep Tauhid dan Islam ala versinya telah melakukan penyebaran ajaran bathil, ajaran yang tidak berlandaskan ilmu dan kebenaran.
    Mereka (ulama Islam) tidak bisa membedakan antara agama Muhammad dan agama Amr bin Lahyi yang dibuat untuk di-ikuti orang Arab. Bahkan menurut mereka, agama Amr adalah agama yang benar. (Lihat: Ad-Durar as-Saniyah jilid 10 hal.51).
    Siapakah gerangan Amr bin Lahyi itu? Dalam kitab sejarah karya Ibnu Hisyam disebutkan bahwa: Ia adalah pribadi yang pertama kali pembawa ajaran penyembah berhala ke Makkah dan sekitarnya. Dahulu ia pernah bepergian ke Syam. Disana ia melihat masyarakat Syam menyembah berhala. Melihat hal itu ia bertanya dan lantas dijawab: Berhala-berhala inilah yang kami sembah. Setiap kali kami menginginkan hujan dan pertolongan maka merekalah yang menganugerahkannya kepada kami, dan memberi kami perlindungan. Kemudian Amr bin Lahy berkata kepada mereka: Apakah kalian tidak berkenan memberikan patung-patung itu kepada kami sehingga kami bawa ke tanah Arab untuk kami sembah?.Lalu ia mengambil patung terbesar yang bernama Hubaluntuk dibawa ke kota Makkah yang kemudian diletakkan di atas Kabah. Dia menyeru masyarakat sekitar untuk menyembahnya (Lihat: as-Sirah an-Nabawiyah karya Ibnu Hisyam jilid 1 hal.79). Dengan demikian Muhamad bin Abdul Wahhab telah menyamakan para ulama Islam selain dia dan pengikutnya dengan Amr bin Lahypembawa ajaran syirik dan menuduh para ulama mengajarkan ajaran syirik serta para pengikutnya sebagai penyembah berhala yang dibawa oleh ulama-ulama Islam itu. Siapapun yang memahami ajaran Tauhid ataupun pemahaman Islam yang berbeda dengan versi Muhamad Ibnu Abdul-Wahhab dan pengikutnya, maka ia masih tergolong sesat karena tidak mendapat anugerah khusus Ilahi. Tidak lain karena, para ulama Islam selain sekte Wahabi meyakini legalitas ajaran seperti Tabarruk, Tawassuldan sebagainya
      M ali — 22 April 2012 @ 20:56
  98. .Muhammad bin Abdul Wahhab Mengkafirkan Beberapa Tokoh Ulama:
    Disini, kita akan mengemukakan beberapa pengkafiran Muhammad bin Abdul Wahhab terhadap beberapa tokoh ulama Ahlusunah, yang tidak sejalan dengan pemikiran sektenya: Dalam sebuah surat yang dilayangkan kepadaSyeikh Sulaiman bin Sahim seorang tokoh madzhab Hanbali pada zamannya Ia (Muhamad Abdul Wahhab) menuliskan: Aku mengingatkan kepadamu bahwa engkau bersama ayahmu telah dengan jelas melakukan perbuatan kekafiran, syirik dan kemunafikan !.engkau bersama ayahmu siang dan malam sekuat tenagamu telah berbuat permusuhan terhadap agama ini !engkau adalah seorang penentang yang sesat diatas ke ilmu- an. Dengan sengaja melakukan kekafiran terhadap Islam. Kitab kalian itu menjadi bukti kekafiran kalian! (Lihat: Ad-Durar as-Saniyah jilid 10 hal. 31).
    Dalam surat yang dilayangkan kepada Ahmad bin Abdul Karim yang mengkritisinya. Ia (Muhamad Abdul Wahhab) menuliskan: Engkau telah menyesatkan Ibnu Ghonam dan beberapa orang lainnya. Engkau telah lepas darimillah (ajaran) Ibrahim. Mereka menjadi saksi atas dirimu bahwa engkau tergolong pengikut kaum musyrik (Lihat: Ad-Durar as-Saniyah jilid 10 hal. 64).
    Dalam sebuah surat yang dilayangkan untuk Ibnu Isa yang telah melakukan argumentasi terhadap pemikirannya Muhammad Abdul Wahhab menvonis sesat para pakar fikih (fuqoha) secara keseluruhan.Ia (Muhamad Abdul Wahhab) menyatakan: (Firman Allah); Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah. Rasul dan para imam setelahnya telah mengartikannya sebagai Fikih dan itu yang telah dinyatakan oleh Allah sebagai perbuatan syirik. Mempelajari hal tadi masuk kategori menuhankan hal-hal lain selain Allah. Aku tidak melihat terdapat perbedaan pendapat para ahli tafsir dalam masalah ini. (Lihat: Ad-Durar as-Saniyah jilid 2 hal. 59).
    Berkaitan dengan Fakhrur Razi pengarang kitab Tafsir al-Kabir, yang bermadzhab Syafii Asyary ia (Muhamad Abdul Wahhab) mengatakan: Sesungguhnya Razi tersebut telah mengarang sebuah kitab yang membenarkan para penyembah bintang (Lihat: Ad-Durar as-Saniyah jilid 10 hal. 355). Padahal dalam karya Fakhrur Razi tersebut, menjelaskan tentang beberapa hal yang menjelaskan fungsi gugusan bintang dalam kaitannya dengan fenomena yang berada di bumi, termasuk berkaitan dengan bidang pertanian. Namun Muhamad bin Abdul Wahhab dengan keterbatasan ilmu terhadap ilmu perbintangan, telah menvonisnya dengan julukan yang tidak layak, tanpa didasari ilmu yang cukup.
    Setelah adanya makalah-makalah diatas, lantas apakah layak ia disebut ulama pewaris akhlak dan ilmu Nabi, apalagi pembaharu (mujaddid) sebagaimana yang diakui oleh kaum Wahabi? Dari berbagai pernyataan di atas maka jangan kita heran jika lantas Muhammad bin Abdul Wahhab pun mengkafirkan serta di-ikuti oleh para pengikutnya (Wahhabi) para pakar teologi (mutakallimin) Ahlusunnah secara keseluruhan (Lihat: Ad-Durar as-Saniyah jilid 1 halaman 53), bahkan ia (Muhamad Abdul Wahhab) mengaku-ngaku bahwa kesesatan para pakar teologi tadi merupakan konsensus (ijma) para ulama dengan mencatut nama para ulama seperti adz-Dzahabi, Imam Daruquthni dan al-Baihaqi.
    Padahal jika seseorang meneliti apa yang ditulis oleh seorang seperti adz-Dzahabi yang konon kata Ibnu Abdul Wahhab juga mengkafirkan para teolog dalam kitabnya Siar Alam an-Nubala ,dimana beliau (Adz-Dzahabi) banyak menjelaskan dan memperkenalkan beberapa tokoh teolog, tanpa terdapat ungkapan pengkafiran dan penyesatan. Walaupun kalaulah umpama terdapat beberapa teolog yang menyimpang namun tentu bukan hal yang bijak jika hal itu di generalisir. Jika kita teliti dari konteks yang terdapat dalam ungkapan Muhamad bin Abdul Wahhab, jelas sekali yang ia maksud bukanlah para teolog non muslim atau yang menyimpang saja, tetapi semua para teolog muslim seperti Abul Hasan al-Asyari pendiri mazhab Asyariyah dan selainnya sekalipun. Jangankan terhadap orang yang berlainan madzhab konon Muhamad bin Abdul Wahhab yang mengaku sebagai penghidup ajaran dan metode (manhaj) Imam Ahmad bin Hanbal sesuai dengan pemahaman Ibnu Taimiyah dengan sesama madzhab pun turut disesatkan.
    Kita akan melihat contoh berikut ini dari penyesatan pribadi-pribadi tersebut:
    Adapun Ibnu Abdul Lathif, Ibnu Afaliq dan Ibnu Mutlaq adalah orang-orang yang pencela ajaran Tauhid…, namunIbnu Fairuz dari semuanya lebih dekat dengan Islam (Lihat: Ad-Durar as-Saniyah jilid 10 hal. 78).
    Apa makna lebih dekat pada tekts diatas? Berarti mereka bukan Islam (baca:kafir) namun mendekati ajaran Islam. Padahal Muhammad bin Abdul Wahhab juga mengakui bahwa Ibnu Fairuz adalah pengikut dari mazhab Hanbali, penjunjung ajaran Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim al-Jauziyah. Bahkan di tempat lain, Muhammad Abul Wahhab berkaitan dengan Ibnu Fairuz mengatakan: Dia telah kafir dengan kekafiran yang besar dan telah keluar darimillah (agama Islam) (Ad-Durar as-Saniyah jilid 10 hal. 63).
    Bagaimana Muhamad bin Abdul Wahhab tega dan berani mengkafirkan orang yang se-manhaj dengannya?Jika rasa persaudaraan terhadap orang yang se-manhaj saja telah sirna, lantas bagaimana mungkin ia memiliki jiwa persaudaraan dengan pengikut manhaj lain yang di luar manhajnya? Niscaya pengkafirannya akan menjadi-jadi dan lebih menggila!
    Kita akan kembali melihat apa yang diungkapkannya kepada pengikut ajaran lain. Jika para ulama pakar fikih(fuqoha) dan ahli teologi (mutak-klim) telah disesatkannya, maka jangan heran pula jika pakar ilmu mistik modern (baca: tasawwuf falsafi) seperti Ibnu Arabi pun dikafirkan sekafir-kafirnya. Bahkan dinyatakan bahwakekafiran Ibnu Arabi yang bermadzhab Maliki itu dinyatakan lebih kafir dari Firaun. Bahkan bukan hanya sebatas pengkafiran dirinya terhadap pribadi Ibnu Arabi saja, tetapi Muhamad Abdul Wahhab telah memerintahkan (baca: mewajibkan) orang lain untuk mengkafirkannya juga. Dia menyatakan: Barangsiapa yang tidak mengkafirkannya(Ibnu Arabi) maka iapun tergolong orang yang kafir pula. Dan bukan hanya orang yang tidak mau mengkafirkan yang divonis Muhamad bin Abdul Wahhab sebagai orang kafir, bahkan yang ragu dalam kekafiran Ibnu Arabi pun divonisnya sebagai orang kafir. Ia mengatakan: Barangsiapa yang meragukan kekafirannya (Ibnu Arabi) maka ia tergolong kafir juga. (Lihat: Ad-Durar as-Saniyah jilid 10 hal. 25).
    Mungkinkan sekte pengkafiran ini mampu mewakili sebagai ajaran suci Rasulallah saw. yang dinyatakan sebagai Rahmatan lil Alaminin?
    Mari kita lanjutkan lagi pengkafiran terhadap kaum muslimin yang tidak mengikuti ajaran sekte Syeikh Pendiri Wahhabi yang berasal dari Najd itu:
    Pengkafiran Penduduk Makkah: Dalam hal ini Muhamad bin Abdul Wahhab menyatakan: Sesungguhnya agama yang dianut penduduk Makkah (pada zamannya .red) sebagaimana halnya agama yang karenanya Rasulullah diutus untuk memberi peringatan (Lihat: Ad-Durar as-Saniyah jilid 10 hal.86, dan atau pada jilid 9 hal. 291)
    Pengkafiran Penduduk Ihsa : Berkaitan dengan ini, Muhamad bin Abdul Wahhab menyatakan: Sesungguhnya penduduk Ihsa di zaman (nya) adalah para penyembah berhala (baca: Musyrik) (Lihat: Ad-Durar as-Saniyah jilid 10 hal.113).
    Pengkafiran Penduduk Anzah: Berkaitan dengan ini, Muhammad bin Abdul Wahhab menyatakan: Mereka telahtidak meyakini hari akhir. ( Ad-Durar as-Saniyah jilid 10 hal.113).
    Pengkafiran Penduduk Dhufair: Penduduk Dhufair merasakan hal yang sama seperti yang dialami oleh penduduk wilayah Anzah, dituduh sebagai pengingkar hari akhir (kiamat). (Lihat:Ad-Durar as-Saniyah jilid 10 hal. 113).
    Pengkafiran Penduduk Uyainah dan Dariyah: Para ulama wilayah tersebut terkhusus Ibnu Sahim al-Hanbalibeserta para pengikutnya telah dicela, dicaci dan dikafirkan. Dikarenakan penduduk dua wilayah itu (Uyainah dan Dariyah) bukan hanya tidak mau menerima doktrin ajaran sekte Muhamad bin Abdul Wahhab, bahkan ada usahamengkritisinya dengan keras. Atas dasar ini maka Muhamad bin Abdul Wahhab tidak segan-segan mengkafirkansemua penduduknya, baik ulamanya hingga kaum awamnya. (Lihat: Ad-Durar as-Saniyah jilid 8 halaman 57).
    Pengkafiran Penduduk Wasym: Berkaitan dengan ini, Muhamad bin Abdul Wahhab telah menvonis kafir terhadap semua penduduk Wasym, baik kalangan ulamanya hingga kaum awamnya(Ad-Durar as-Saniyah jilid 2 hal.77).
    Pengkafiran Penduduk Sudair: Berkaitan dengan ini, Muhamad bin Abdul Wahhab telah melakukan hal yang sama sebagaimana yang dialami oleh penduduk wilayah Wasym. (Lihat: Ad-Durar as-Saniyah jilid 2 halaman 77).
    Dari contoh-contoh tadi telah jelas dan tidak mungkin dapat dipungkiri oleh siapapun baik yang pro maupun yang kontra terhadap sekte Wahabisme bahwa Muhamad bin Abdul Wahhab telah mengkafirkan kaum muslimin yang tidak sepaham dengan keyakinan-keyakinannya yang merupakan hasil inovasi (baca: Bidah) pikirannya. Baikbidah tadi berkaitan dengan konsep tauhid sehingga muncul vonis pensyirikan Muhamad bin Abdul Wahhab terhadap kaum muslimin yang tidak sejalan maupun keyakinan lain seperti masalah tentang pengutusan Nabi, hari akhir/kiamat dan sebagainya yang menyebabkan munculnya vonis kafir. (Lihat: Ad-Durar as-Saniyah jilid 10 halaman 43).
    Marilah kita perhatikan ungkapan Muhamad bin Abdul Wahhab pendiri sekte Wahabisme berkaitan dengan kaum muslimin di zamannya secara umum. Muhamad bin Abdul Wahhab menyatakan:
    Banyak dari penghuni zaman sekarang ini yang tidak mengenal Tuhan yang seharusnya disembah, melainkan Hubal, Yaghus, Yauq, Nasr, al-Laata, al-Uzza dan Manaat. Jika mereka memiliki pemahaman yang benar niscaya akan mengetahui bahwa kedudukan benda-benda yang mereka sembah sekarang ini seperti manusia, pohon, batu dan sebagainya seperti matahari, rembulan, Idris, Abu Hadidah ibarat menyembah berhala (Lihat: Ad-Durar as-Saniyah jilid 1 halaman 117).
    Pada kesempatan lain Muhamad bin Abdul Wahhab mengatakan: Derajat kesyirikan kaum kafir Quraisy tidak jauh berbeda dengan mayoritas masyarakat sekarang ini ‘ (Lihat: Ad-Durar as-Saniyah jilid 1 halaman 120). Dan pada kesempatan lain dia juga mengatakan: Sewaktu masalah ini (tauhid dan syrik .red) telah engkau ketahui niscaya engkau akan mengetahui bahwa mayoritas masyarakat lebih dahsyat kekafiran dan kesyirikannya dari kaum musyrik yang telah diperangi oleh Nabi (Lihat: Ad-Durar as-Saniyah jilid 1hal.160)
    Namun, setelah kita menelaah dengan teliti konsep tauhid versi Imam sekte tersebut (Muhamad bin Abdul Wahhab dalam kitab Tauhid-nya) ternyata banyak sekali kerancuan dan ketidakjelasan dalam pendefinisian danpembagian, apalagi dalam penjabarannya. Bagaimana mungkin konsep tauhid rancu semacam itu akan dapat menjadi tolok ukur keislaman bahkan keimanan seseorang, bahkan dijadikan tolok ukur pengkafiran? Konsep tauhid rancu tersebut ternyata dijadikan tolok ukur oleh Muhamad bin Abdul Wahhab yang mengaku paling paham konsep tauhid pasca Nabi sebagai neraca kebenaran, keislaman dan keimanan seseorang sehingga dapat menvonis kafir bahkan musyrik setiap ulama (apalagi orang awam) yang tidak sejalan dengan pemikirannya. Sebagai dalil dari ungkapan tadi, Muhamad bin Abdul Wahhab pernah menyatakan: Kami tidak mengkafirkan seorang pun melainkan dakwah kebenaran yang sudah kami lakukan telah sampai kepadanya. Dan ia telah menangkap dalil kami sehingga argumen telah sampai kepadanya. Namun jika ia tetap sombong dan menentangnya dan bersikeras tetap meyakini akidahnya sebagaimana sekarang ini kebanyakan dari mereka telah kita perangi, dimana mereka telah bersikeras dalam kesyirikan dan mencegah dari perbuatan wajib, menampakkan (mendemonstrasikan) perbuatan dosa besar dan hal-hal haram (Lihat: Ad-Durar as-Saniyah jilid 1 hal. 234) .
    Disini jelas sekali bahwa, Muhamad bin Abdul Wahhab telah menjatuhkan vonis kafir dan syirik di atas kepala kaum muslimin dengan neraca kerancuan konsep Tauhid-Syirik versinya maka ia telah memerangi mereka. Bidah dan kebiasaan Muhamad bin Abdul Wahhab an-Najdi semacam ini yang hingga saat ini ditaklidi dan dilestarikan oleh pengikut Wahabisme, tidak terkecuali di Tanah Air. Apakah kekafiran dan kesyirikan yang dimaksud oleh Muhamad bin Abdul Wahhab dalam ungkapan tersebut? Dengan singkat kita nyatakan bahwa yang ia maksud dari kesyirikan dan kekafiran tadi adalah; pengingkaran terhadap dakwah Wahabisme. Dan dengan kata yang lebih terperinci ialah; Meyakini terhadap hal-hal yang dinyatakan syirik dan kafir oleh Wahabisme seperti Tabarruk, Tawassul, Ziarah Kuburdan sebagainya.
    Padahal, hingga sekarang ini, para pemuka Wahabi baik di Indonesia maupun di negara asalnya sendiri masih belum mampu menjawab banyak kritikan terhadap ajaran Wahabisme berkaitan dengan hal-hal tadi.
    Para pengikut faham Wahabi/Salafi memberikan tanggapan kepada para pengkaji yang melakukan penyelidikan mengenai Islam dan meneliti kitab-kitab mereka, hingga menyebabkan mereka akhirnya beranggapan bahwa Islam adalah agama yang kaku, beku, terbatas dan tidak dapat beradaptasi pada setiap masa dan zaman. Umpamanya, seorang berkebangsaan Amerika Lothrop Stodard mengatakan: Kesan dari semua itu, kritikan-kritikan telah timbul karena ulah Wahabi berpegang kepada dalil tersebut dalam ucapan mereka hingga dikatakan bahwa Islam dari segi jauhar dan tabiatnya tidak mampu lagi berhadapan dengan perubahan menurut kehendak dan tuntutan zaman, tidak dapat berjalan seiringan dengan keadaan kemajuan dan proses perubahan serta tidak lagi mempunyai kesatuan dalam perkembangan kemajuan zaman dan perubahan masa .. [15 Hadir al-`Alam al-Islami, Vol.I, hal. 264].
    Untuk menjelaskan kesalahan yang dilakukan secara sengaja oleh Muhamad bin Abdul Wahhab serta pengikutnya, dan juga menjelaskan kekeliruan yang menimpa banyak para pengikutnya, yang atas dasar itu kemudian mereka mengkafirkan mayoritas kaum Muslimin hingga zaman kita sekarang ini, mau tidak mau para pakar Islam berbagai madzhab meletakkan pemikiran-pemikirannya diatas meja pembahasan dan pengkajian.
      M ali — 22 April 2012 @ 20:59
  99. Penentangan Terhadap Muhammad Ibnu Abdul Wahhab.
    Para ulama al-Hanbali memberontak terhadap Muhammad Ibnu Abdul Wahhab dan mengeluarkan hukum bahwa akidahnya adalah sesat, menyeleweng dan batil. Banyak para pakar islam yang menentang ajaran atau paham Muhamad Abdul Wahhab yang tidak kami cantumkan disini. Kami hanya ingin mencantumkan penentangan dari kerabatnya yang paling dekat saja yakni ayah dan saudara kandungnya sendiri, yang lebih mengetahui pribadi dan ilmunya Muhamad Abdul Wahhab.
    Tokoh pertama yang mengumumkan penentangan terhadapnya adalah ayah Muhammad Abdul Wahhab sendiri,al-Syaikh Abd al-Wahhab, di-ikuti oleh saudaranya, al-Syaikh Sulaiman. Kedua-duanya adalah dari madzhab al-Hanabilah. Al-Syaikh Sulaiman menulis kitab yang berjudul al-Sawaiq al-Ilahiyyah fi al-Radd ala al-Wahabiyyahuntuk menentang dan memeranginya. Di samping itu tantangan juga datang dari sepupunya, Abdullah bin Husain.
    Mufti Mekkah Syeikh Zaini Dahlan mengatakan: Abdal-Wahhab ayah Muhammad bin abdul wahab adalah seorang yang sholih dan merupakan seorang tokoh ahli ilmu, begitulah juga dengan saudaranya al-Syaikh Sulaiman. Al-Syaikh `Abd al-Wahhab dan al-Syaikh Sulaiman, kedua-duanya dari awal ketika Muhammad Abdul Wahhab mengikuti pengajarannya di Madinah al-Munawwarah telah mengetahui pendapat dan pemikiran Muhammad yang meragukan. Kedua-duanya telah mengeritik dan mencela pendapatnya dan mereka berdua turut memperingatkan orang ramai mengenai bahayanya pemikiran Muhammad.. (Zaini Dahlan, al-Futuhat al-Islamiyah, Vol. 2, hal. 357).
    Dalam keterangan Syeikh Zaini Dahlan yang lain dikatakan bahwa: Ayah (Muhamad Abdul Wahhab)nya ,Abdal-Wahhab, saudara (Muhamad Abdul Wahhab)nya ,Sulaiman,
    serta guru-guru (Muhamad Abdul Wahhab)nya, telah dapat mengesani tanda-tanda penyelewengan agama (ilhad) dalam diri (Muhamad Abdul Wahhab)nya yang didasarkan kepada perkataan, perbuatan dan tentangan Muhammad terhadap banyak persoalan agama. (Syeikh Zaini Dahlan, Fitnah al-Wahhabiyyah, hal.4).
    Abbas Mahmud al-Aqqad al-Masri mengatakan: Orang yang paling kuat menentang al-Syaikh (yakni Muhamad Abdul Wahhab) dalam persoalan ini adalah saudaranya ,al-Syaikh Sulaiman, penulis kitab al-Sawa`iq al-Ilahiyyah. Beliau tidak mengakui saudaranya itu mencapai kedudukan ber-ijtihad dan berkemampuan memahami al-Kitab dan al-Sunnah. Al-Syaikh Sulaiman berpendapat bahwa para Imam yang lalu, generasi demi generasi tidak pernah mengkafirkan ashab bid`ah, dalam hal ini tidak pernah timbul persoalan kufur, sehingga timbulnya ketetapan mewajibkan mereka memisahkan diri daripadanya dan mengharuskan pula memeranginya, karena alasan tersebut.
    Saudara Muhammad Ibnu Abdul Wahhab yang bernama Sulaiman bin Abdul Wahhab, membantahnya didalam kitabnya yang berjudul ash-Shawaiq al-Ilahiyyah fi ar-Radd ala al-Wahabiyyah.
    Syeikh Sulaiman menulis sebagai berikut: Sejak zaman sebelum Imam Ahmad bin Hanbal, yaitu pada zaman para imam Islam, belum pernah ada yang meriwayatkan bahwa seorang imam kaum Muslimin mengkafirkan mereka, mengatakan mereka murtad dan memerintahkan untuk memerangi mereka. Belum pernah ada seorang pun dari para imam kaum Muslimin yang menamakan negeri kaum Muslimin sebagai negeri syirik dan negeri perang, sebagaimana yang anda Muhammad Abdul Wahhab kata- kan sekarang. Bahkan lebih jauh lagi, anda mengkafirkan orang yang tidak mengkafirkan perbuatan-perbuatan ini, meskipun dia tidak melakukannya. Kurang lebih telah berjalan delapan ratus tahun atas para imam kaum Muslimin, namun demikian tidak ada seorang pun dari para ulama kaum Muslimin yang meriwayatkan bahwa mereka (para imam kaum Muslimin) mengkafirkanorang Muslim. Demi Allah, keharusan dari perkataan anda Muhammad Abdul Wahhab ini ialah anda mengatakan bahwa seluruh umat setelah zaman Ahmad (Ahmad bin Hanbal) semoga rahmat Allah tercurah atasnya baik para ulamanya, para penguasanya dan masyarakatnya semua mereka itu kafir dan murtad, Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. (Risalah Arbaah Qawaid, Muhammad bin Abdul Wahhab, hal.4).
    Sulaiman bin Abdul Wahhab juga berkata (untuk saudaranya yakni Muhammad Abdul Wahhab) didalam halaman 4 ini sebagai berikut:
    “Hari ini umat mendapat musibah dengan orang yang menisbahkan dirinya kepada Al-Quran dan sunnah, menggali ilmu keduanya, namun tidak mempeduli kan orang yang menentangnya. Jika dia diminta untuk memperlihatkan perkataannya kepada ahli ilmu, dia tidak akan melakukannya. Bahkan, dia mengharuskan manusia untuk menerima perkataan dan pemahamannya. Barangsiapa yang menentangnya, maka dalam pandangannya orang itu seorang yang kafir. Demi Allah, pada dirinya tidak ada satupun sifat seorang ahli ijtihad. Namun demikian, begitu mudahnya perkataannya menipu orang-orang yang bodoh. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.
      M ali — 22 April 2012 @ 21:02
  100. Ulama golongan Wahabi/Salafi menyatakan bahwa Syeikh Sulaiman ini sudah tobat, benarkah demikian ?
    Ada salah seorang sekte Wahabi menyatakan bahwa diakhir hayat Syeikh Sulaiman bin Abdul Wahhab saudara tua dan sekandung Muhammad bin Abdul Wahhab telah bertaubat dan menyesali segala yang telah dilakukannya yaitu penentangan keras terhadap ajaran adiknya, Wahabisme.
    Sebenarnya penentangan yang dilakukan oleh Syeikh Sulaiman ini, berupa nasehat kepada Sang adik, baik melalui lisan maupun dengan menulis surat (risalah) yang selama ini dilakukannya atas keyakinan ajaran Sang adik. Bukti-bukti konkrit, kuat dan ilmiah telah beliau (syeikh Sulaiman) sampaikan ke Sang adik, namun apa daya, ikhtiyar menerima kebenaran bukan terletak pada tangan Syeikh Sulaiman bin Abdul Wahhab.
    Khairuddin az-Zarkali yang bermadzhab Wahabi asal Syria, dalam kitab al-Alam jilid 3 halaman 130 dia menyatakan dalam karyanya tersebut; Ada yang menyatakan(?) bahwa Syeikh Sulaiman bin Abdul-Wahhab telah bertaubat dalam menentang pemikiran adiknya, Muhammad bin Abdul-Wahhab. Namun sayangnya dalam buku ini dia (az-Zarkali) tidak berani memberi isyarat tentang kebenaran pernyataan tobatnya Syeikh Sulaiman, apalagi meyakininya dengan menyebut bukti-bukti konkrit. Hal itu karena memang ketiadaan bukti yang konkrit serta otentik akan ke-taubat-an Syeikh Sulaiman dalam penentangannya atas ajaran adiknya.
    Ada seorang penulis Wahabi lain asal Syria, yang juga menjelaskan tentang pribadi Syeikh Sulaiman bin Abdul Wahhab. Dia adalah Umar Ridho Kahhalah pengarang kitab Mujam al-Muallifin (lihat jilid 4 hal.269, tentang Syeikh Sulaiman bin Abdul Wahhab). Cuman terjadi perbedaan diantara kedua penulis diatas itu yaitu sewaktu menyebut tahun wafat Syeikh Sulaiman. Al-Kahhalah menyebutkan bahwa Syeikh Sulaiman wafat tahun 1206 Hijriyah. Sedangkan az-Zarkali menyebutkannya pada tahun 1210 Hijriyah. Bagaimana mereka berdua bisa membuktikan secara konkrit tentang tobatnya Syeikh Sulaiman, untuk mengetahui kapan wafatnya Syeikh ini mereka masih berbeda pendapat !
    Mengenai karya-karya Syeikh Sulaiman yang menangkal ajaran adiknya (Wahabisme) Al-Kahhalah dalam kitabMujam al-Muallifin (jilid 4 halaman 269) menyebutkan judul kitab As-Showaiq al-Ilahiyah fi Madzhabal-Wahabiyah (Petir-Petir Ilahi pada Madzhab Wahabisme). Begitu juga yang dinyatakan dalam kitab Idhoh al-Maknun (lihat jilid 2 hal.72). Dan didalam kitab Idhoh al-Maknun ini, juga menyinggung kitab karya Syeikh Sulaiman bin Abdul Wahhab lainnya yang berjudul Fashlul Khitab fi Madzhab Muhammad bin Abdul Wahhab (Seruan Utama pada Madzhab Muhammad bin Abdul Wahhab). Namun, surat panjang yang kemudian sudah beberapa kali dicetak itu, memiliki judul panjang, yaitu; Fashlul Khitab min Kitab Rabbil Arbab, wa Hadits Rasulallah al-Malak al-Wahhab, wa kalaam Uli al-Albab fi Madzhab Muhammad bin Abdul Wahhab (Seruan Utama dari Kitab Penguasa dari segala penguasa Allah swt. , dan hadits utusan Maha Kuasa dan Maha Pemberi anugerah Muhammad saw. dan ungkapan pemilik akal sehat pada madzhab Muhammad bin Abdul Wahhab). Kitab ini telah dicetak di beberapa Negara; di India pada tahun 1306 H, di Turki pada tahun 1399 H, di Mesir, Lebanon dan beberapa Negara lainnya.
    Padahal kalau kita baca, kitab As-Showaiq al-Ilahiyah fi Madzhab al-Wahabiyah adalah merupakan surat teguran Syeikh Sulaiman bin Abdul Wahhab terhadap adiknya (Muhammad bin Abdul Wahhab) secara langsung,namun kitab Syeikh Sulaiman yang berjudul Fashlul Khitab fi Madzhab Muhammad bin Abdul Wahhab adalah surat yang ditujukan kepada Hasan bin Idan, salah satu sahabat dan pendukung setia nan fanatik Muhammad bin Abdul Wahhab (pencetus Wahabisme). Jadi ada dua karya yang berbeda dari Syeikh Sulaiman bin Abdul Wahhab, yang kedua-duanya berfungsi sama yaitu mengeritik ajaran Wahabisme, walaupun keduanya berbeda dari sisi obyek yang diajak bicara. Dan tidak benar jika dikatakan bahwa terjadi perubahan judul dari karya beliau tadi, karena adanya dua buku dengan dua judul yang berbeda tersebut.
    Kedua surat itu ,walaupun memiliki perbedaan dari sisi obyek yang diajak bicara (satu buat sang adik, dan satu lagi buat pendukung fanatik buta adiknya), memiliki kesamaan dari sisi kekuatan dan keilmiahan argumentasinya, baik argument dari al-Quran, hadits maupun dari para Salaf Sholeh. Tentu sebagai seorang kakak, Syeikh Sulaiman tahu betul sifat dan watak adiknya yang hidup bersamanya dari semenjak kecil. Dia paham bahwa apa yang dilakukannya akan sia-sia, namun apa yang dilakukan nya itu tidak lain hanya sebagai argumentasi pamungkas (Itmam al-Hujjah) akan segala perbuatan adiknya. Sehingga ia berpikir, dengan begitu ia tidak akan dimintai pertanggung-jawaban lagi oleh Allah, kelak di akherat, sebagai seorang kakak dan seorang ulama yang dituntut harus sigap dalam melihat dan menyikapi segala penyimpangan, berdasarkan konsep Amar Makruf Nahi Munkar yang diperintahkan (diwajibkan) Islam. Namun secara realita, usaha Syeikh Sulaiman tidak memberi hasil. Muhammad bin Abdul Wahhab tetap menjadi Muhammad bin Abdul Wahhab Sang imam dari sekte Wahabisme,Syeikhul Wahabiyah. Apalagi dia merasa di atas angin setelah mendapat dukungan penuh Kerajaan Saud (Saudi Arabia) pada waktu itu, dari sisi harta dan kekuatan.
    Sedangkan sejarah telah menulis bahwa kekuatan Saud tadi didapat dari dukungan kerajaan Inggris, penjajah Jazirah Arab kala itu dalam memenangkan Saud di atas semua kabilah Arab, yang menentang keberadaan imperialis Inggris kala itu. Muhammad bin Abdul Wahhab tidak lagi mau mendengar dan melihat akan kebenaran argumen al-Quran, hadits dan ungkapan Salaf Sholeh yang keluar dari siapapun termasuk Sang kakak, yang tergolong salah seorang ulama madzhab Hanbali dizamannya. Segala usaha Syeikh Sulaiman terhadap Sang adik dan pendukung setia adiknya tadi, ibarat apa yang pernah Allah swt. singgung dalam al-Quran yang artinya; Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk (QS al-Qoshosh: 56). Dalam ayat lainnya: Maka apakah kamu dapat menjadikan orang yang pekak bisa mendengar atau (dapatkah) kamu memberi petunjuk kepada orang yang buta (hatinya) dan kepada orang yang tetap dalam kesesatan yang nyata? (QS az-Zukhruf: 40). Atau ayat: Apakah dapat kamu memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta, walaupun mereka tidak dapat memperhatikan (QS Yunus 43).
    Dari keterangan diatas jelas sekali bahwa, kebenaran pernyataan yang menyatakan bahwa Syeikh Sulaiman bin Abdul Wahhab telah bertobat merupakan pernyataan yang tidak berdasar, karena tidak ada bukti konkrit danotentik akan kebenaran hal itu, misalnya bukti tertulis karya Syeikh Sulaiman sendiri atau paling tidak orang yang sezaman dengan beliau. Yang ada hanya pengakuan-pengakuan dari para ulama Wahabi kontemporer sendiri (yang tidak mengetahui ihwal meninggalnya Syeikh Sulaiman, apalagi hidupnya) yang menyatakan bahwa Syeikh Sulaiman telah tobat, telah mengikuti bahkan menyokong sekte ajaran adiknya (Wahabisme).Ini adalah pembohongan yang diatas namakan Syeikh Sulaiman bin Abdul Wahhab. Semua itu mereka lakukan tidak lain hanya untuk membersihkan pengaruh negatif akibat pengingkaran kakak kandung pencetus Wahabisme yang akan memberikan image negatif terhadap perkembangan sekte Wahabisme ini.
    Jadi, atas dasar itu jangan heran jika pengikut Wahabi seperti Khairuddin az-Zarkali tidak berani dengan terang-terangan bahkan cenderung ragu dalam menghukumi kebenarannya. Apalagi ditambah dengan kenyataan yang ada di luar bahwa para pengikut sekte Wahabi ini terkhusus para ulamanya yang berada di Saudi, Yaman dan Kuwait sangat membenci Syeikh Sulaiman bin Abdul Wahhab. Jika Syeikh Sulaiman benar-benar telah bertaubat, kenapa ada kesepakatan (terkhusus antar ulama Wahabi beserta para santri mereka) untuk mencela dan menghina ulama madzhab Hanbali (salah satu madzhab Ahlussunah wal Jamaah) ini? Jika madzhab Hanbali (yang metode madzhabnya banyak diadopsi oleh Wahabi) saja diolok-olok, bagaimana dengan madzhab lain Ahlussunah seperti madzhab Hanafi, Maliki dan Syafii?
    NB: Untuk diketahui oleh pembaca nama-nama dan judul kitab golongan Wahabi kontemporer (tidak sezaman bahkan hidup jauh pasca Syeikh Sulaiman wafat) yang menulis dan mengarang-ngarang tentang taubatnya Syekh Sulaiman bin Abdul Wahab dari penentangan ajaran Wahabisme (sekte bikinan adiknya) adalah: Ibnu Ghannam (Tarikh Nejed 1/143); Ibnu Bisyr (Unwan Majd hal. 25); Syaikh Masud An Nadawi (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Mushlih Mazhlum 48-50); Syaikh Abdul Aziz bin Baaz (Taliq Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab hal. 95); Syaikh Ahmad bin Hajar Alu Abu Thami (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab hal. 30); Syaikh Muhammad bin Saad Asy Syuwair (Syaikh Sulaiman bin Abdul Wahhab Syaikh muftara alaihi lihat majalah Buhuts Islamiyah edisi 60/1421H); Syaikh Nashir Abdul Karim Al Aql (Islamiyah la Wahabiyah hal. 183); Syaikh Muhammad As-Sakakir (Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab wa Manhajuhu fi Dakwah hal. 126); Syaikh Sulaiman bin Abdurrahman Al Huqail (Hayat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab hal. 26. yang diberi kata pengantar oleh Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh) dan lain-lain.
    Jika kita lihat masa hidup mereka semua, maka bagaimana mungkin mereka akan bisa memberi kesaksian atas pertaubatan Syeikh Sulaiman sedang mereka tidak sezaman bahkan jauh dari zaman Syeikh Sulaiman wafat? Mungkinkah (secara logis dan ilmiah) orang-orang itu mampu memberikan secara langsung (tanpa merujuk orang-orang yang sezaman dengan Syeikh Sulaiman) kesaksian pertaubatan syeikh Sulaiman? Silahkan pembaca yang budiman renungkan! SEMOGA INI BISA BUAT PELAJARAN BAGI AJARAN TASAWWUF UNTUK SELALU BERJUANG DALAM PENYERAHAN DIRI KEHADIRAT ILAHI ,, BELAJAR TENTANG AGAMA ITU TIDAK ADA BATAS NYA ,,, SEMOGA ALLOH SELALU MENGAMBIL HIKMAH DARI FITNAH” KEJI YANG DI LONTARKAN PENGANUT AJARAN WAHABI ,,, MUSUH WAHABI SEBENARNYA ADALAH ORANG” ISLAM YANG TIDAK SEPAHAM DENGAN AJARANNYA ,,, DAN MUDAH SEKALI MENGHUKUMI ORANG LAIN SESAT DAN KAFIR .. PADAHAL ITU MELEBIHI HUKUM ALLOH YANG MAHA PEMURAH & MAHA PEMAAF …….. MOHON MAAF KAJIAN INI HANYA UNTUK MELURUSKAN AGAR KITA SESAM MUSLIM SELALU BELAJAR DARI HAL TERKECIL …
    WASSALAM
      M ali — 22 April 2012 @ 21:11
  101. assalamu alaikum wr wb,
    Saya orang yang masih sangat awam tentang beragama, saya membaca tarekat itu menurut istilah adalah cara/jalan/petunjuk.
    Saya cuma ingin bertanya, Alloh kan mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai contoh dan suri tauladan untuk umat manusia yang harus kita ikuti. dan beliau adalah contoh yang maksum. jadi logika nya kita ikuti saja contoh itu karena Alloh yang mengutus.
    \nTapi kenapa kok manusia malah mencari/membuat cara/jalan/petunjuk nya sendiri-sendiri.
    \npertanyaannya lagi Apakah ada yang kurang dari yang sudah di contohkan Alloh melalui Nabi Muhammad SAW ? padahal Alloh itu Maha Segalanya.
    AlQuran menurut saya sudah komplit banget sebagai petunjuk buat manusia di dunia ini. dan dijabarkan melalui hadist2 dan dicontohkan sendiri oleh Rasulullah SAW dan dikuatkan lagi dengan ackup 3 generasi terbaik setelah itu. Rasanya sudah komplit lah Alloh ngasih yang namanya cara/jalan/petunjuk tentang segala sesuatu. (ya tentang kehidupan di dunia dan akhirat).
    Menurut saya cara/jalan/petunjuk yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW itu kan yang di namakan ISLAM.
    Tapi sekali lagi kenapa kok masih ada yang mencari cara/jalan/petunjuk nya sendiri2 itu ?? apakah masih namanya ISLAM??
    Buat apa dong Alloh mengutus Nabi kalau masih pada cari jalan sendiri2??
    mohon pencerahannya.
    wassalamu alaikum.
      hery — 25 April 2012 @ 20:51
  102. Satu lagi sesama muslim adalah saudara, jadi tolong bantu membantulah untuk menjauhi dan terhindar dari api neraka, jangan malah dorong dorangan mendekati api neraka, hiiyyy,
    Ya Alloh jauhkan dan hindarkan kami dari api neraka Mu ya Alloh, masukkan kami ke dalam Surgamu..amin
      hery — 25 April 2012 @ 21:09
  103. ilmu fiqih dan tasawuf itu saling berkaitan
    belajarlah kedua ilmu tsb sesuai dngan kadar kemampuan qta….
    belajar kedua ilmu tersebut dari yg paling mendasar contoh’a
    pelajari kitab irsyadul anam sebagai ilmu fiqih
    dan kitab sifat dua puluh sebagai ilmu tasawuf…
      white — 27 April 2012 @ 22:16
  104. TASAWUF IALAH ILMU SEJATI. HANYA ORANG2 TERTENTU YANG BISA MMPELAJARI NYA. KALAU ADA YANG ORANG YANG MENOLAK AJARAN TASAWUF ATAU MENGKAFIRKAN TASAWUF, SUNGGUH ORANG TERSEBUT BELUM FAHAM DG MAKNA TASAWUF YG SBENARNYA. MAKANYA MAS JANGAN GAMPANG NGOMONG KAFIR KPD AHLUS SHUFFAH. lamun teu ngarti mending cicing anjeun. lalaora nyarios kafir sagala. makanya belajar dulu yg dalam. aya aya wae anjeun mah.
      ama abuy — 30 April 2012 @ 09:58
  105. Bercerai tidak, Bersatu jangan, Tapi WAJIB SATU… itulah MUKMIN..
      ichsan — 3 Mei 2012 @ 02:48
  106. dalam kitab al hikam ibnu ‘athoilah…hakakat yang tidak sesuai syariat adalah kekufuran, dan syari’at yang tidak sesuai dengan hakekat adalah DUSTA..
      umar — 8 Mei 2012 @ 19:37
  107. Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
    Untuk saudaraku: No. 104 ama abuy 30 April 2012 @ 09:58
    “HANYA ORANG2 TERTENTU YANG BISA MMPELAJARI NYA”
    saya: Ilmu Tasawuf untuk semua umat muslim, tidak dikhususkan, segala sesuatu hanya Allah yang Maha Menentukan.
    Untuk saudaraku: No. 73 Yudas 21 Oktober 2011 @ 22:20
    “anak kecil yang baru belajar matematika tambah2an,,DILARANG KERAS baca rumus dan pelajaran kalkulus!”
    saya: Semua manusia pada hakekatnya lemah dan perlu belajar, tingkatan ilmu hanya Allah yang Maha Tahu.
    Dengan segala kerendahan hati, Saya mohon maaf yang amat sangat.
    Catatan: Hati seorang salik wajib direndahkan bahkan sampai dia terhina sekalipun.
    Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
    ttd: Hamba Fakir
    Aji Nur Syahid
      ANS — 15 Mei 2012 @ 17:31
  108. Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
    Untuk saudaraku: No. 104 ama abuy 30 April 2012 @ 09:58
    “HANYA ORANG2 TERTENTU YANG BISA MMPELAJARI NYA”
    saya: Ilmu Tasawuf untuk semua umat muslim, tidak dikhususkan, segala sesuatu hanya Allah yang Maha Menentukan.
    Untuk saudaraku: No. 73 Yudas 21 Oktober 2011 @ 22:20
    “anak kecil yang baru belajar matematika tambah2an,,DILARANG KERAS baca rumus dan pelajaran kalkulus!”
    saya: Semua manusia pada hakekatnya lemah dan perlu belajar, tingkatan ilmu hanya Allah yang Maha Tahu.
    Dengan segala kerendahan hati, Saya mohon maaf yang amat sangat.
    Catatan: Hati seorang salik wajib direndahkan bahkan sampai dia terhina sekalipun.
    Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
    ttd: Hamba Fakir
      ANS — 15 Mei 2012 @ 17:32
  109. Subhanallah.. Alhamdulillah.. Allohu akbar… Lahaola wala kuwwata illa billah…
    Asamu’alaikum saudaraku semua… Mudah”an rahmat-Nya beserta orang-orang yang mengesakan “AHAD”
    Ikhlas-lah dalam berilmu…
    Sabarlah dalam fitnah orang-orang yang tidak mengetahui “KEBENARAN”
    karena mereka belum tau pada “KEBENARAN” yang sesungguhnya….
    Selama orang itu mengatakan sesat pada orang-orang yang mengESAkan-Nya maka belum datang KEBENARAN dalam hatinya… “Iyya kana’budu waiyya kanasta’in” cukuplah ALLOH tempat memohon dan meminta dalam ibadah kita… Inna lillahi wainna ilaihi roji’un….
      Delta junior — 20 Mei 2012 @ 15:21
  110. Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa
    Aku sampaikan kepada semua manusia dimuka bumi ini untuk berTuhankan kepada DIA yang tak seumpama dengan segala sesuatu. DIA tidak dapat dipelajari dengan pengetahuan kata-kata tulisan, kata kata ucapan, kata kata fikiran dan kata kata rasa. DIA tidak terjangkau oleh sesuatu karena Dia bukan sesuatu.
    Allah adalah nama bagi manusia dimuka bumi ini untuk menyatakan DIA sebagai Tuhan semesta alam. Allah adalah definisi dari Tuhan yang sudah dikenal dengan pengetahuan lisan, tulisan, akal, dan rasa.
    Maka segala sebutan bilangan dan nama, adalah nama Allah. Kemana saja wajah engkau palingkan, baik wajah lisan, tulisan, akal dan rasa, disanalah wajah Allah.
    Semua manusia dimuka bumi ini, baik yang mengaku berTuhan atau tidak berTuhan, sadar atau tidak, mereka sedang berhadapan dengan DIA yang tidak ada seumpamanya, sebandingnya, setaranya, semisalnya dan tidak ada duanya.
    Sehingga muncullah perkataan “TIDAK ADA TUHAN MELAINKAN ALLAH”.
    Nama apa pun yang kamu beri untuk menyatakan Tuhanmu, aku selaku penyampai Salam dari Tuhan menyebut dengan satu nama yakni: “ALLAH”. Dan aku berharap kamu sekaliannya setuju dengan sebutan ku ini dengan meninggalkan segala perbedaan antara aku dan kamu.
    Maka dari itu, wahai sekalian umat manusia yang ada dimuka bumi ini aku sampaikan salam dari Tuhanku, yang juga Tuhanmu, Tuhan kita
    semua: “QUL HUWA ALLAHU AHAD” = “KATAKAN, DIA ALLAH ESA”. Dengan sampai (baligh) nya salam dari Tuhan ini kepada kamu sekaliannya, maka kamu yang mempunyai akal (’aqil) akan bersatu
    dengan yang mengatakan Kalam Tuhan: “KATAKAN, DIA ALLAH ESA”. Dan aku telah mengatakan Kalam Tuhan ini dengan tidak memandang status kehidupan sosial,
    budaya, negara bahkan agama.
    Semoga kamu sekaliannya mahu aku ajak bersatu, sehingga cinta kasih dan kedamaian tersebar keseluruh penjuru dunia. Atau jika kamu enggan dengan segala alasan maka ajaklah aku bersatu dengan kamu sehingga cinta kasih dan kedamaian tetap tersebar keseluruh
    penjuru dunia.
    Salam dariku untuk umat manusia dimuka bumi ini…
      Delta junior — 20 Mei 2012 @ 17:13
  111. waduh2 kawn.. masalah tasawuf aj di permasalahkn tu kan wilyah teologi seakan2 klen sok tau semua. salah satu kemundran islam slalu brdebat masalh teologi ya g da titik temunya malhan mnimbulkan anarkis kwan. berfikir rasional la barbuat sesuatu (menciptkan teknologi terbaru) biar islam kembali sperti masa umawiyaah or abbasiah dulu menjadi negara adidaya yang orang barat2 tunduk sperti berkuasa di spanyol dulu………
      Jaky Shin — 13 Juni 2012 @ 09:58
  112. alhamdullillah,….rahmat dan hidayah buat kita semua,….
      dedi sarwono — 23 Juni 2012 @ 07:05
  113. alhamdullillah,,,…
      dedi sarwono — 23 Juni 2012 @ 07:06
  114. banyak ajaran yang seolah olah ingin kembali memurnikan islam dengan yang sebenarnya.. bila perintahnya sudah itu maka itulah yang sebenarnya… apakah ini sudah benar tanpa penjabaran ? sebagai contoh : saya diperintahkan untuk memancing ikan disungai kemudian pada saat saya tiba disungai ada orang yang tenggelam membutuhkan pertolongan maka apakah bila saya menolong orang tersebut adalah sesuatu yang salah karena sebelumnya perintah kepada saya adalah hanya memancing ? memurnikan islam itu bagus tapi ingat buah duren banyak yang kulitnya bagus terlihat dari luar namun isinya ? bukan tidak banyak yang busuk.. islam itu sempurna : maka perbaikilah ilmu itu dengan baik.. mulai dari dzhahir maupun batin…Niat saja begitu gampang untuk diucapkan tapi sangat sulit untuk mengetahui apa sebenarnya niat lalu siapa orang yang berniat itu… karena kulit bukanlah isi… seperti orang mengenderai mobil ketika anda menabrak orang maka bukanlah mobilnya yang disalahkan melainkan adalah pengemudinya… syariat itu baik tapi bila hati itu kotor maka hampir bisa dikatakan ibadahnya itu adalah riya atau syirik kecil… merasa diri benar bole tapi merasa paling benar nanti dulu
      ferrt — 5 Juli 2012 @ 18:37
  115. Assalamu alaikum… Seru banget ya? Peace Peace Peace
    Saya orang yg sangat dangkal pengetahuan di bidang agama (boleh dibilang GapAg/Gagap Agama/meminjam istilah GapTek). Selama ini saya beribadah (terutama pemahaman ibadah sunnah) lebih cenderung ikut golongan Muhammadiyah walaupun saya hidup di lingkungan Ahli Sunnah wal jamaah dan terlibat dalam kepengurusan DKMnya. Enam bulan terakhir ini saya ikut pengajian yg berlatar belakang Tassawuf.Sepanjang perjalanan 6 bln ( 1 minggu 1x pertemuan ) saya tidak menemukan hal2 yg menyimpang dari syariat/fiqih ( dari guru/mursyid, murid2) baik uraian materi maupun praktek ibadah mereka. Alhamdulillah belajar di sini pemahaman ketauhidan saya jadi lebih baik dari sebelumnya. Satu hal yg jarang saya temui di jamal sekarang. Para mursyid/guru di sini tidak mendapat/mengharapkan honor dari Aundencenya dan tidak memproklamirkan bahwa SAYA SEORANG KYAI. Pesan beliau :
    LAKUKAN APA YANG DIPERINTAHKAN DAN JANGAN LAKUKAN APA YANG DILARANG ALLAH SWT SBG BUKTI PENGHAMBAANMU. AKAN DIBERI PAHALA ATAU TIDAK ITU BUKAN URUSANMU.
    SELALU BERZIKIR (MENGINGAT ALLAH) KAPAN, DIMANA DAN DALAM KEADAAN APAPUN.
    Pesan saya untuk para Saudara ku yg berbeda :
    Janganlah merasa diri paling baik dan paling benar, apalagi sampai memponis kafir dan sesat sesama saudara.
    Tahukah kita bahwa gula rasanya manis atau garam rasanya asim sebelm kita mencicipinya
    Maaf Wassalam.
      Ayong — 6 Juli 2012 @ 23:15
  116. Buat Ayong : boleh tahu nama Guru Tasawuf dimaksud dan lokasinya dimana ? saya juga sedang mencari guru Mursyid nih.
      A yok — 11 Juli 2012 @ 20:57
  117. Bismillah…
    Asslmu’alaikum.
    Saudara ku yg sama2 beriman dan Insyallah di rahmati-Nya.
    banyak comment yg sedikit membuat pertanyaan org banyak tp itu semua sirrullah (rahasia Allah) baik dari Allah dan Rasul-Nya (Al-Qur’an dan Sunah)… cukup sirr itu dijaga… karena siapa tahu anda mendapat sir itu sebagai cobaan dari iman anda. banyak ahli tasawuf yg terjebak ketika mendapat sedikit ilmu dan bahkan banyak mengaku dirinya Nabi bahkan Tuhan, ingat itu adalah cobaan bagi Iman anda.
    semua ilmu tassawuf haruslah berujung kembali pada Islam Billah wabi Sunati Rasulillah.
    ingat semuanya harus saling berhubungan satu sama lain….
    TASAWUF HARUSLAH:
    “Islam (Sirul Sar’i) Bil Iman (sirul Tarqi’, Iman Bil Ikhsan (sirul Haqiqi), Ikhsan Bil Ikhlas (Sirul Ma’rif), Ikhlas Bil Islam……………(dst)”
    Kuncinya pada Iman: “Muwa tasdikul Bil Qolbi waikraru bil lisan wa’amalu bil arkaan”
    seperti sebuah siklus yg tidak pernah terputus.
    Islam harus dg Iman: Yakin dari hati akan pembenaran Islam yg Di bawa Rasulullah sebagai agama yg benar dari Allah, ikrar/sumpah setia akan Islam dr Allah, mengamalkan Islam sesuai tuntunan Allah dan Sunah Rasul-Nya.
    Iman Harus dg Ikhsan: Beriman sesuai dg 6 Rukun Islam haruslah melihat Allah dalam segenap aspek kehidupan dan meyakini Allah selalu mengawasi kita.
    Ikhsan harus dg ikhlas (Surat Al-Ikhlas) melihat dan selalu meyakini Allah bersama kita dan selalu mengawasi kita hanya Allah baik awal maupun akhir tujuan yg di maksud dg tetap memurnikannnya tanpa ada pencapuran kepentingan ciptaaan-Nya.
    “Bukanlah Termasuk wali Allah jika tidak menjalankan Kewajiban dan sunah Rasul akan tetapi dia akan menjadi wali dari setan, dan Insyaallah setiap wali Allah akan di tulis namanya di Tiang Ka’Bah krn mereka menegakkan Islam dan Islam itu sendiri merupkan suasana dimana semuanya berkumpul dan ditetapkannya segala sesuatu dg tetap.”
    Mohon Maaf sebelumnya.. sekedar mengomentari comentar2 sebelumnya… mohon untuk tidak memaknai Al-Qur’an/Hadist dengan makna batin (Menurut anda/Batinnya Anda) krn siapa tau setan bersemayam bersama anda. krn musuh terbesar adalah diri anda sendiri… “minal jinna tiwannaas” - “dr golongan jin dan manusia” cukuplah Allah Saja yg lebih mengetahui makna batinnya. walaupun Rasul sendiri pernah bilang bahwa Al-Qur’an itu memiliki makna batin, kembali saja pada tuntunan Syar’i krn sudah pasti jelas dan terang barang yg samar2 jgn anda merabanya jika tanpa guru krn siapa tahu yg menjadi gurunya adalah Syetan… Sekali lagi saya mohon maaf utk semuanya, krn tanpa maaf tiket saya untuk bertaubat akan semakin mahal sedangkan uang persediaan semakin berkurang.
    “Innamal Mu’minu Na ‘Ikhwah”, yakin dan seyakin-yakinnya semoga kita termasuk org yg beriman dan insyaallah kita akan bersaudara baik lahir maupun batin.
    Wallahu’alam.
    wassalamu’alaikum.
    abdul.
      fajrizal — 13 Juli 2012 @ 22:15
  118. bismillahirohmanirohim
    asalamualaikum wr wb, buat saudara ku semua, menurut ku yang merasa di salahkan dan yang merasa bener adalah menjalan kan peran nya masing2. untuk membawa yang awam seperti saya ini mendapat pencerahan dalam mengambil keputusan, saya berkeyakinan bahwa allah tidak akan memberikan hidayah pada orang yang tidak mencari nya melainkan allah akan memberikan hidayah nya pada orang yang sungguh2 mencari nya. dan saya yakin sekali dalam forum ini hampir seluruh nya adalah orang2 yang mencari hidayah allah SWT.
    didalam forum ini ada banyak pemikiran2 terkesan berdebat atau menghujat tapi bagi saya itu adalah gerak yang allah berikan pada kita untuk dapat menjadikan barometer bagi yang awam seperti saya. lautan ilmu hanya milik allah dengan perdebatan ini menanda kan ilmu allah tak akan ada habis nya untuk kita teguk. trimakasih untuk semua nya yang mau mengetik di forum ini bagi saya ini adalah proses saya untuk mencari hidayah yang sejati.
      herry_pekanbaru — 16 Juli 2012 @ 02:00
  119. buat ustadz m ali komen no 96 s/d 100 terima kasih banyak,bs menambah wawasan ku…kl blh tau di daerah mana sih mas? salam ukhuwah islamiah dr ane di jeddah,asal jatim
      daneil — 26 Juli 2012 @ 11:55
  120. buat bang hery komen NO 101 S/D 102 SEMUGA DPT HIDAYAH dn lbh belajar lagi bang,,
      daneil — 26 Juli 2012 @ 11:59
  121. Alhamdulillah…saya hanya mau share saja, saya juga aktivis muhammadiyah sejak SMA..sekarang 3 tahun saya berkhitmah menjalani Islam dengan ilmu tasawuf dan tarekat….bagi saya, bertarekat ibarat menemukan segelas air di tengah padang pasir yang gersang.
    Saya semakin terlatih menjalankan syariat secara lebih lengkap dari sholat, puasa (wajib+sunnah), mengaji dan mengkaji Al Quran/hadist dengan bimbingan ulama, berkumpul bersama orang2 sholeh, sholat sunnah, dari dhuha hingga sholat malam, dzikir, dsb. Sedikitpun saya BUKAN mau sombong, tp hanya menunjukkan, bahwa tasawuf dan bertarekat justru menjadi sarana saya lebih berdisiplin menjalankan syariat. Bedanya, saya lebih tenang dan menikmati ibadah. Bagi saya, tidak ada waktu untuk mengkoreksi kelemahan orang lain, karena saya sendiri tidak akan pernah sempurna menjadi seorang HAMBA.
    Bagi anda yang menentang ilmu tasawuf atau tarekat, saya hanya berdoa, mudah2an suatu hari nanti anda semua merasakan keindahan Islam yang saya rasakan…insha Allah, amiiin.
      zaki — 24 Agustus 2012 @ 00:05
  122. wahai orang menentang ilmu tasawuf: kita tidak boleh merasa diri kita paling benar, karena kebenaran hanya milik Allah semata.
      iwan — 30 Agustus 2012 @ 05:13
  123. Wamaa kholaqtul jinna wan insa illa liya’buduun.
    Blog yang bagus.
      imanullah — 2 September 2012 @ 14:16
  124. habis berdabat semuanya harus kembali kepada Allah SWT,jika tidak maka celakah kita.ini semua adalah nikmatNya.
      choki — 8 September 2012 @ 19:50
  125. jujur aja kadang gak berkah, apalagi bohong, iya kalo sholat kita di terima, lha kalo enggak ?, di dunia ini kalo gak nyari ridho Allah mau nyari apa ? sekarang mau milih mana ?, di neraka tapi Allah ridho, apa di surga tapi Allah gak ridho ? lagian juga terserah DIA mau naruh kita dimana, mau ibadah khusyuk nya kaya apa juga kalo akhirnya DIA berkehendak naruh kita ke neraka, kita mau mbantah gitu ?, jadinya malah kaya iblis ntar..
      david — 9 September 2012 @ 04:19
  126. Bismillah
    Asslmualaikum.
    Sebelumnya saya mohon maaf dan terimakasih.
    Q mulai bertarekat sejak th 1998, karna watu itu Q masih kelas 3 SMP, jadi masih ikut2an belum sepenuh hati, Alhamdulillah akhir2 ini hati saya mulai rindu berdzikir dan sholat, tapi ada MAAF karna mursyid yg dulu membmbing telah di gantikan, waktu berdzikir / sholat hati ini ada pertanyaan:
    Kepada mursyid yg pertama / yg terahirkah saya harus meghadap?
    Terimakasih pd abang2 yg berkenan memberi masukan dan Saya mohon Ampun & ridho Allah SWT
    wassalamualaikum
      rahman — 9 September 2012 @ 13:59
  127. Assalamualaikum. trims atas tulisannya, untuk saudara2 ku yang tidak sepaham dg ilmu tasauf kiranya saudaraku jg menjatuhkan fonis atas ilmu tasauf jangan hanya mendengar dan membaca buku karangan ulama yang tidak sependapat ttg tasauf padahal ia sendiri tidak pernah belajar apalagi mengerti ttg ilmu tasauf, sebaiknya saudaraku mencari dulu mursid/guru ulama tasauf duduklah saudaraku di majelisnya, baru setelah itu saudaraku bisa mengambil kesimpulan, ibarat seorang anak sd yang mau mengkeritik anak smp padahal dia sendiri belum pernah duduk dibangku smp. wassalam semoga kita mencintai ilmu Allah Swt dan mendapat ridhonya dunia khirat, johir dan bhatin, bukan malah sebaliknya malah meitirat ilmunya. apa hukumnya seorang hamba meitirat ilmu Allah Swt? untuk saudaraku penulis teruslah membuat artikel mengenai ilmu tasauf insya Allah mendapatkan hidayah Allah Swt dan safaat Nabi Muhammad Saw dunia akherat, johir dan bhatin. Wassalam.
      sahidin ahmad — 11 September 2012 @ 14:07
  128. Ass. untuk saudaraku Rahman tarekat adalah bagian dari ilmu tasauf untuk itu teruslah lakukan amaliah saudaraku yang telah dapat, karena tarekat adalah tangga untuk menuju Allah Swt. selanjuta hukumnya wajib saudaraku mencari seorang mursid yang benar2 ulama akherat bukan ulama dunia, ikutilah suara kolbu jangan dengan pikiran (nafsu)untuk memastikan seorang itu betul2 ulama akherat. mohon maaf lahit bhatin hamba yang fakir ini hanya menyampaikan pendapat pribadi bukan menggurui. wassalam
      sahidin ahmad — 11 September 2012 @ 14:20
  129. Assalamualaikum
    Terima kasih untuk Bang Sahidin, semoga kita semua mendapat ridho Allah dan selalu ingat & memahami bahwa kita semua hambaNya yang selalu Dikasihi & Disayangi.
    wassalam
      rahman — 12 September 2012 @ 09:35
  130. Tasawwuf ko’ dibilang sesat…
    Nooh FPI yg suka buat onar knp gx dibilang sesat…???
      amr — 21 September 2012 @ 19:07
  131. tidak semua manusia bisa disesatkan bro, carilah mangsa mu , ketahuilah ALLAH , menjadi saksi di antara kita , siapa yg telah sesat dan siapa yg mendapat petunjuk.
      haris — 30 September 2012 @ 16:53
  132. anda mengaitkan ulama’2 islam yg terkenal supaya tasauf mu di ikuti? tidak kah anda takut terhadap perhitungan di , sisi ALLAH kelak?MEREKA INGIN MEMADAMKAN CAHAYA ALLAH DG MULUT MEREKA TETAPI ALLAH MENYEMPURNAKA CAHAYANYA,WALAU PUN ORANG2 KAFIR BENCI.DIA YG MENGUTUS RASULNYA DG MEMBAWA PETUNJUK DAN AGAMA YG BENAR AGAR DIA MEMENANG NYA DIATAS SEGALA AGAMA,MESKIPUN ORANG MUSYRIK MEMBENCI.QS.61 8-9
      haris — 30 September 2012 @ 17:05
  133. Assalamualaikum wr wb
    biarkan Allah yang menentukan mana yang benar, yang syariat ataupun tasawuf sok jalan saja, semoga Allah Merahmati kita semua….Amin
    Gitu aja kok repot
    wasalam
      koi — 21 Oktober 2012 @ 15:28
  134. 131. tidak semua manusia bisa disesatkan bro, carilah mangsa mu , ketahuilah ALLAH , menjadi saksi di antara kita , siapa yg telah sesat dan siapa yg mendapat petunjuk.
    haris 30 September 2012 @ 16:53
    @Mas Haris:
    Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
    Aku tidak melihat kamu dibilang sesat oleh siapapun di forum ini, tetapi mengapakah kamu tega berkata sesat untuk orang-orang muslim yang berusaha mendekatkan diri kepada Alloh menegakkan kalimat-Nya. Dimana kebijakan dan kearifan kamu selaku Muslim?
    Kalau kamu bilang:
    -”mencari mangsa”, apakah tujuan Tasawuf ingin membinasakan orang-orang yang berusaha bertaqwa kpd jalan Alloh dan Muhammad?
    -”ketahuilah Alloh menjadi saksi diantara kita”, Apakah kamu mengetahui diri kamu sudah mendapat petunjuk dari Allah? meraa diri benar adalah syirik kecil (Ujub). karena setahu saya salah satu perjalanan tasawwuf berusaha mengikis ujub (penyakit hati) yang ada dihati.
    satu lagi mas, 132. firman Alloh QS.61 8-9, cuma copy paste yah…? abs saya bingung memaknainya (kayaknya kurang Pas aja dengan ulasan yag mas ajukan ini) Maaf ya…
    Maaf mas, kalau anda tersinggung. karena terisnggung juga salah satu penyakit hati. dan Rasulullah orang yang sangat sabar.
    Sabda Rasulullah saw :
    Sungguh sebesar - besar kejahatan muslimin pada muslimin lainnya, adalah yang bertanya tentang hal yang tidak diharamkan atas muslimin, menjadi diharamkan atas mereka karena pertanyaannya
    (Shahih Muslim hadits No.2358, dan juga teriwayatkan pada Shahih Bukhari).
    Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
      Khalifah Az-Zahraa — 25 Oktober 2012 @ 17:12
  135. Bismillahirrohmaanirrohiim, Sholawat atas Nabi Besar Muhammad Rosulalloh.
    Untuk Saudara2ku seagama, berhubungan menanggapi komentar2 saudara2ku tersebut diatas yakni mengenai Tasowwuf, pendapatku adalah apabila kita ingin mengomentari suatu permasalahan atau persoalan maka kita harus tahu terlebih dahulu apa permasalahan/persoalan yang akan kita bicarakan atau kita komentari, dan setelah itu mengukur diri kita sejauhmana ilmu yang kita miliki dalam persoalan tersebut apakah memadai?, setelah itu barulah kita dapat memberikan pendapat/saran/komentar, sehingga pembicaraan kita menjadi terarah tidak keluar dari konteks persoalan yang ada, kemudian singkirkan ego kita sehingga yang keluar dari mulut kita sesuai dengan jalur ilmu, lalu adab ketika kita dalam berpendapat yaitu siapa yang sedang kita ajak bicara, kemudian tak lupa kita harus tetap memohon kepada Alloh Ta’ala agar dilindungi dari bisikan syeithon yang selalu berbisik dan mengajak kita kedalam jalan kesesatan dan kejahatan.
    Maka apabila hal tersebut sudah kita pakai, maka tentunya kita akan berbicara secara baik dan benar diakui semua kalangan karena sesuai jalur ilmunya, tidak terjadi debat kusir yang tak tentu arah, jauh dari apa yang dibicarakan, jauh panggang dari api, sehingga justru yang ada hanya ego2 kita yang mencuat kepermukaan, saling memojokkan, mencaci dan memaki sesama muslim tanpa berkesudahan, sehingga faktanya sampai sekarang ini kaum muslimin tercerai berai tak tentu arah dan tak ada persatuan, tak ada lagi saling hormat menghormati, sehingga gampang sekali diadu domba, karena telah terindikasi suatu penyakit yaitu penyakit Walhan sebagaimana yang telah Rosulullloh Sholallohu A’laihi Wasallam sabdakan.
    Ketika saya belajar tingkat2annya beragama islam adalah : Syari’ah, Haqiqoh, Thoriqoh, Ma’rifah,adapun Syari’ah adalah pengatur cara (yaitu Fiqih), Haqiqoh adalah Tauhid yakni sarana cara mengenal Tuhan, Thoriqoh adalah cara menjalankan/mengamalkan fiqih dan tauhid, lalu Ma’rifah adalah hasil cara (yaitu mengenal, yakni hasil dari kita menjalankan/mengamalkan Fiqih dan Tauhid dengan cara/pedoman yang telah ditentukan dan ajarkan Rosulalloh) yang juga bisa disebut termasuk didalamnya Tasawwuf (meskipun masih banyak cabang2 ilmu yang diperlukan untuk membahas tasowwuf), sedangkan Ma’rifah itu juga akan terbagi2 lagi dalam tingkatan yaitu Ma’rifatul-awwam, Ma’rifatul-u’lama’, dan Ma’rifatut-tasowwuf, dari semua itu barulah sedikit banyak kita akan mulai mengenal siapa diri kita dan menganal Alloh Ta’ala dan RosulNya.
    Saudara2ku seagama, janganlah kita seperti gambaran kisah seekor srigala yang dalam keadaan haus dan lapar menemukan pohon apel yang berbuah masak berwarna merah dan ranum, karena haus dan laparnya dia ingin sekali mengambilnya, dia berusaha mengambilnya tetapi tak juga didapat dan tidak terjangkau olehnya karena buah itu berada dicabang yang agak tinggi, segala usaha telah dilakukannya tetapi tetap sulit dia mendapatkannya, akhirnya srigala itu berputus asa tanpa tahu cara lagi untuk memetiknya, sehingga sudah barang tentu dia tidak dapat menghilangkan rasa haus dan lapar yang sedang dirasakannya, srigalapun pergi meninggalkan pohon apel itu, sambil bergumam/kesal dalam hatinya lalu mengatakan kepada semua hewan yang dijumpainya bahwa buah apel itu pahit, tak enak dan mengandung racun, padahal ada beberapa hewan yang telah dan pernah merasakan betapa enak dan manisnya buah apel itu.
    Jadi kisah tersebut dapat kita jadikan perumpamaan buat diri kita, bahwa segala sesuatu yang apabila kita belum tahu dan belum faham suatu permasalahan/persoalan karena keawwaman kita dan juga belum sampai kepada ilmunya, janganlah terburu2 kita memvonis tidak baiklah, sesatlah, bid’ahlah dan seterusnya, sehingga timbul kerancuan, hiruk pikuk, kegelisahan diantara kita dan saudara2 kita seagama.
    Semoga Alloh Ta’ala memberikan Taufiq dan Hidayahnya kepada kita semua amiin.. dan karena ilmu saya juga masih sedikit jadi saya mohon ma’af jika ada kekeliruan dalam berpendapat. Wallohu A’lam Bissawab.
      papaalditia — 30 Oktober 2012 @ 16:04
  136. Ass. Akhi, jalankan saja apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya jangan ditambah, jangan dikurangi dan jangan dibuat-buat, bukankah islam ini telah sempurna diturunkan via Nabi Muhammad SAW.
      tamsul — 15 Nopember 2012 @ 19:25
  137. BISMILAHIROMANIROHKIM,aS.W.W.KAMINSENANG MENGIKUTI ARGUMENTASI DIATAS BAGI KAMI UNTUK ORANG YANG INGIN MENAMBAH ILMU ITU TIDAK HARUS SALING BERSIKERAS MEMPERTAHANKAN PENDAPATNYA TAPI LAKUKAN APA YG TERBAIK MINIMAL BUAT DIRI SENDIRI KEMUDIAN SAMPAIKAN PENGALAMAN ANDA SETELAH MENJALANINYA RASAKAN NIKMAT YG ANDA PEROLEH KETIKA TELAH MENJALANI LAKU IBADAH YG ANDA YAKINI KEMUDIAN APA YANG ANDA PEROLEH SAMPAIKAN KEPADA YG INGIN MEMBUTUHKANYA JIKA TIDAK BUTUH JANGAN DIPAKSAKAN SESUNGGUHNYA DALAM DIRI MANUSIA ADA DUA PENALARAN YG SATU MENGAJAK BAIK YG SATUNYA MENGAJAK TIDAK BAIK NAMUN TIDAK DISADARI OLEH DIRINYA SENDIRI, DAN KETIKA ORANG LAIN MENGONTROL DIRINYA TIDAK MERASA HARUS DIKONTROL KARENA DAH MENGAKU PINTER,PADAHAL ILMU MANUSIA ITU HANYA SEDIKIT DIBANDING DENGAN ILMU PENCIPTA NYA YANG YANG JIKA DITULIS DENGAN TINTASEISI AIR LAUT MASIH KURANG BANYAK SEKALI,MENURUT KAMI PAHAMI APA YANG DILAKUKAN SAUDARA KITA JIKA BENAR IKUTI JIKA TIDAK BENAR TAK USAH DIIKUTI,MUNGKIN KALAU ORANG MAKAN ITU KESUKAANYA YANG BIASA DIMAKAN KALAU GAK SUKA WALAU ITU MAKANAN ENAK GAK MUNGKIN MAU MAKAN ,LEBIH2 YG SUDAH PUNYA PENYAKIT DIABETIS SURUH MAKAN YG ENAK2 YA GAK MAU TAKUT GULA DARAHNYA NAIK, MISAL.BAIKLAH KITA AKAN MENEMUKAN JATI DIRINYA MASING2 KAMI BERHARAP SEMUA NANTI SETELAH PULANG KERAHMATULLAH DITERMA AMAL IBADAHNYA,SERTA DIAMPUNI DOSA2NYA ,BAIK YG BELUM MENJALANKAN SHOLAT SECARA KUSUK MAUPUN YANG SUDAH SHOLAT DENGAN KHUSUK WASALAMUALAIKUM.W.W.
      slamet R — 6 Desember 2012 @ 21:48
  138. kaya anggota DPR aja kalian,Jago debat…
    apa kalian maenuntut ILMU cuma untuk berdebat dan saling mencaci ???
    engga kan…
    masalah besar di kecilkan toh,masalah kecil yaa di hilang kan lah…
      TO ALL — 7 Desember 2012 @ 10:45
  139. “kaya anggota DPR aja kalian,Jago debat
    apa kalian maenuntut ILMU cuma untuk berdebat dan saling mencaci ???
    engga kan
    masalah besar di kecilkan toh,masalah kecil yaa di hilang kan lah”
    **********************************************************************
    Saya sangat setuju dengan pernyataan anda diatas … kayak anggota dewan aja debat nggak jelas, wong naik gaji kurang aja emosi…. omong yg ini yg itu… sepeda dipinjam kawan lecet dikit aa dah dendam nggak mau minjami lagi.. bahas aja gimana biyar umat islam ini bebas dari hutang,,,,tuh baru bagus… bayarkan hutang orang itukan ada anjurannya… coba cari nanti pasti ketemu, kan saudara” kalau diliat dari debatnya dah bisa dibilang sumber hadits semua
      yudha — 23 Desember 2012 @ 01:04
  140. Rukun islam, rukun iman,,, itu ajja dulu benerin para sahabar n saudara seiman,,, hehehehe
    Untuk tasawuf bagi orang yg jauuuuh lebih mantap keimanan’y kpd allah swt dan kecintaan’y kpd Rasulullah Saw
      Hasby — 3 Februari 2013 @ 23:42
  141. bismilaaahhh AASalamualaikum WR WB. jangan berdebat yach sobat.islam setelah di tinggal Rosulluloh belum pernah ada kedaimaian lagi.makanya sesama islam saling mengkafirkan dan saling menyesatkan(intern) sehingga musuh islam yang sesungguhnya sangat mudah untuk menghancurkan kita.sudah ratusan tahun lamanya islam terpuruk di dunia ini karena adu domba dan umat islam itu sendiri ga mau mengalah untuk saudaranya menganggap manhajnya lah yang paling benar. rencana besar kejayaan islam tak di pikirkan demi umat supaya selamat dunia akherat cuma kelompoknya lah yang di agung agungkan.semua ajaran islam semua benar tinggal manusianya yang belum benar. bersatulah.. jangan menghina soudara mu. biarkan perbedaan yang penting islam.cuma satu islam ga ada manhaj islam yang salah.tasawuf juga islam fiqih juga islam bersatulah ga ada yang kafir. yang kafir adalah yang ingkar. berdoalah supaya pemimpin islam dunia cepat datang maka Rahmad Alloh pun menyertai kita semua.Wasalamualikum WR WB
      jumadi — 21 Februari 2013 @ 13:53
  142. bismilaaahhh AASalamualaikum WR WB. jangan berdebat yach sobat.islam setelah di tinggal Rosulluloh belum pernah ada kedaimaian lagi.makanya sesama islam saling mengkafirkan dan saling menyesatkan(intern) sehingga musuh islam yang sesungguhnya sangat mudah untuk menghancurkan kita.sudah ratusan tahun lamanya islam terpuruk di dunia ini karena adu domba dan umat islam itu sendiri ga mau mengalah untuk saudaranya menganggap manhajnya lah yang paling benar. rencana besar kejayaan islam tak di pikirkan demi umat supaya selamat dunia akherat cuma kelompoknya lah yang di agung agungkan.semua ajaran islam semua benar tinggal manusianya yang belum benar. bersatulah.. jangan menghina soudara mu. biarkan perbedaan yang penting islam.cuma satu islam ga ada manhaj islam yang salah.tasawuf juga islam fiqih juga islam bersatulah ga ada yang kafir. yang kafir adalah yang ingkar. berdoalah supaya pemimpin islam dunia cepat datang maka Rahmad Alloh pun menyertai kita semua.Wasalamualikum WR WB
      jumadi — 21 Februari 2013 @ 14:08
  143. ass. saudaraku….jika kau benar2 ingin tahu ttg tasawuf, kemudian ingin mengatakan mereka tersesat, maka c obalah tanya mata hatimu, jangan tanya ilmumu..karena masih terbatas.
      sukardi singkawang — 22 Februari 2013 @ 23:40
  144. saya pingin sih belajar tapi masih takut salah.
      botak — 18 April 2013 @ 21:44

Tidak ada komentar:

Posting Komentar